BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kisah Alkitab adalah kisah Allah yang
menciptakan dunia menampakkan diri kepada manusia didunia. Itu adalah kaitan
batin antara Allah dan kita. Jika terkadang Alkitab sulit dipahami, itu disebabkan
Alkitab ditulis dalam kebudayaan, masa dan bahasa yang berbeda.
Pada masa ini banyak orang yang meragukan
Alkitab sebagai Firman Tuhan. Para ahli berpendapat bahwa Alkitab hanyalah
sebuah karya sastra yang sama dengan buku- buku sejarah lainnya. Ini menyebabkan
banyaknya polemik dan perdebatan tentang hal itu. Namun secara iman Kristen
mengakui bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang hidup yang berisi tentang
pegangan hidup orang Kristiani
Di zaman modern sekarang ini pasti
banyak yang bertanya tentang Alkitab, bahkan banyak yang mengatakan bahwa
Alkitab yang ditulis sekarang telah diperbaharui dari Alkitab yang sebenarnya
atau palsu. Ini merupakan pandangan yang telah di konsumsi banyak orang
termasuk orang-orang non Kristen, dan ini bisa berdampak buruk jika tidak bisa
memberikan jawaban dengan baik dan tepat. Disinilah saya akan memaparkan
pandangan-pandangan tentang alkitab dan proses terjadinya Alkitab sehingga kita
dapat memastikan bahwa Alkitab itu Firman Allah yang eksis sampai kesudahan
zaman.
Alkitab adalah satu-satunya buku
terlaris sepanjang masa dan zaman yang terus dibaca, diteliti, dikaji dan
diperbincangkan dari masa ke masa, baik oleh kaum ilmuwan, cendekiawan,
rohaniawan dan kaum awam dari berbagai lapisan masyarakat dengan berbagai strata
yang ingin dan rindu berjumpa dengan sang Kebenaran. Harus diakui bahwa daya
tarik Alkitab sedemikian kuat mempengaruhi pola kehidupan berbagai elemen
masyarakat dari berbagai kasta dan strata yang ada di bawah jagat raya ini.
Alkitab juga merupakan buku yang paling banyak dikritisi dari sekian buku yang
ditulis dan dipublikasikan. Kekaguman terhadap Alkitab telah mendorong banyak
teolog baik oleh kaum Injili Konservatif, kaum Modern, kaum Liberal dan lain
sebagainya untuk mengkajinya secara serius. Sebagai buku terlaris di jagad raya
ini, dengan berbagai yang
telah di distribusikan
ke dalam berbagai suku, bangsa, kaum dan bahasa tidak serta merta membuat
Alkitab terbebas dari berbagai upaya pelemahan, sanggahan dan kritik yang
dilancarkan oleh berbagai kalangan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah mendorong serta memotivasi setiap orang untuk terus bergelut membenahi
diri dari waktu ke waktu mengikuti
perubahan zaman yang terus berubah. Banyak orang dituntut untuk tidak sekedar menerima
informasi tanpa sebuah afirmasi yang pasti. Upaya ini dilakukan untuk
menjauhkan dari sebuah aksioma yang menyesatkan. Usaha ini tidak hanya berlaku
dalam bidang-bidang ilmu tertentu tetapi juga kepada asas dasar keyakinan
Kristen yaitu Alkitab (Sola Scriptura).
Usaha maupun upaya dilakukan oleh setiap orang untuk memahami dan
mempelajarinya.
Semakin banyak orang berusaha untuk
memahami dan mempelajarinya, semakin banyak hal-hal yang membutuhkan penjelasan
secara komprehensif dan tepat. Bagi kaum Injili Konservatif, Sola Scriptura (hanya oleh Alkitab)
adalah fondasi dasar sekaligus merupakan dasar eksistensi keyakinan Kristen
yang tidak akan pernah lekang oleh waktu. Bagi kaum Injili Konservatif Alkitab
adalah Firman Allah yang telah final secara obyektif dan komprehensif tanpa
salah. Pentingnya Sola Scriptura bagi
eksistensi Kekristenan di era globalisasi dan modernisasi ini, tidak serta
merta terlepas nggadari berbagai isu, pergumulan dalam mempertahankan
eksistensinya di era globalisasi dan modernisasi. Keunikan Sola Scriptura ini telah mendorong sekian banyak orang untuk
membaca, mengkaji, meneliti dan mengotak-atik setiap bagian sesuai dengan
berbagai kebutuhan yang ada dalam setiap zaman yang terus berkembang dari masa
ke masa. Inilah salah satu keunikan Alkitab yang menempatkannya pada berbagai
dimensi kehidupan umat manusia sehingga banyak orang yang mencoba mengaburkan
bahkan mengabaikan konsep Sola Scriptura dengan
menelusuri konsep lain yang dibangun di luar
Alkitab.
Era globalisasi dan modernisasi telah
mengiklankan diri bahwa kebenaran sangat relatif, termasuk iman kepercayaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat di era
globalisasi dan modernisasi telah turut menggerogoti asas dasar keyakinan
Kristiani yang lambat laun berdampak pada nilai-
nilai dasar yang dibangun di atas kebenaran Alkitab. Imajinasi beberapa teolog modern pada umumnya membaca, menyikapi Eksistensi Alkitab dan Relevansinya di Era Globalisasi adalah sebuah aksioma, kemudian menolak kewibawaannya. Menurut beberapa teolog Moderen, Tuhan memakai Alkitab namun Alkitab bukanlah Firman Allah melainkan hasil upaya manusia yang di dalamnya mengandung begitu banyak kesalahan dan kekeliruan tanpa afirmasi yang jelas dengan mengabaikan berbagai fakta yang diuraikan dalam Alkitab itu sendiri. Banyaknya kesalahan dan kekeliruan ini disebabkan karena Kanon Alkitab adalah hasil penilaian gereja. Yesus dan murid-murid- Nya belum “mempunyai pandangan yang kuat dan tajam atas kitab-kitab apa yang harus dianggap sebagai kitab suci”.1 Karena belum memiliki pandangan yang kuat maka bisa terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam Alkitab yang hari ini dianggap memiliki otoritas atas berbagai problem hidup.1
![]() |
1 1Jhon
Borton, Umat Berkitab? “Wibawa
Alkitab dalam Kekristenan” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 34.
Misray Tunliu:
Eksistensi Kanon Alkitab dan Relevansinya di Era Globalisasi
Rumusan
masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan kanonisasi Alkitab?
2. Bagaimana cara dan
standar dalam proses kanonisasi Alkitab?
3. Apa tujuan
kanonisasi Alkitab?
Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan kanonisasi Alkitab.
2.
Memahami dan mengetahui bagaimana
cara dan standar dalam proses kanonisasi Alkitab
3. Mengerti apa saja
tujuan dari kanonisasi Alkitab.
Bab II
Pembahasan
A. Defenisi kanonisasi
Kanonisasi adalah suatu proses bagaimana
buku-buku dari Alkitab itu menerima persetujuan untuk diteriman oleh
pemimpin-pemimpin sidang. Kata kanon berasal dari bahasa Yunani. Lembaga
Alkitab Indonesia menerjemahkan kata ini dengan kata dasar patok, sedangkan
dalam bahasa Inggris kata itu diterjemahkan dengan rule atau measure. Patok
atau kanon atau measure ialah sebuah ketetapan atau sebuah ukuran. Ini biasanya
dipakai untuk tindakan pengukuran tanah, misalnya setelah sebidang tanah
diukur, kemudian diberi patok yang menandakan telah diukur. Kalau tanah itu
dijual maka patok itu telah disetujui oleh baik penjual maupun pembeli atau
atau bahkan yang telah diperiksa oleh departemen pertahanan sebuah negara.2
Alkitab secara resmi disebut Kanon dalam
bahasa Inggris. Yang didalam bahas yunani berarti: bulu atau tongkat pengukur
(Why 11:1), yaitu tongkat atau meteran standar yang dipakai orang kuno untuk
mengukur. Baru kemudian dipakai untuk istilah khusus bagi daftar isi perjanjian
lama dan perjanjian baru, dengan maksud menunjukkan bahwa Alkitab adalah
kebenaran dan jalan, standar iman, moral dan kelakuan. Dengan kata lain,
istilah kanon dikenakan pada Alkitab mengindikasikan, hanya kitab-kitab lain,
yang sesuai dengan standar yang dapat disebut sebagai kanon atau Alkitab,
sedang kitab-kitab lain, yang tidak sesuai dengan standar tidak dapat disebut
dengan kanon atau alkitab.3
Alkitab disebut kanon itu artinya Alkitab
adalah sebuah ukuran yang telah ditetapkan, atau sebuah ukuran yang telah
pasti. Kitab-kita yang tergabung dalam kitab perjanjian lama adalah kitab-kitab
yang ditulis antara tahun 1500 sebelum masehi sampai tahun 400 sebelum masehi.
Dengan kata lain, 400 tahun sebelum
![]() |
2 Dapat dilihat pada: https://www.mail-archive.com/i-kan-untuk revival@xc/org/msg01211,html, diakses pada 31 januari 2020
pukul 21:51 WIB.
3 Dr.lukas Tjandra, latar belakang
perjanjian baru. 2010, johna latumeten. Hal 15
kelahiran
Yesus kedalam dunia, kitab-kitab perjanjian lama telah tertulis dan sudah
sering dibaca oleh masyarakat Yahudi.
Kata “kanon” diambil dari kata Yunani
kanon, yang berarti sebatang “ilalang”, lalu kmudian sebatang “tongkat” atau
“balok” kayu, yang karena fungsinya adalah sebagai pengukur, diberi arti
metafora “suatu standar”. Dalam tata bahasa ia berarti suatu aturan prosedur;
dlam kronologi, sebuah daftar waktu; dalam sastra, sejumlah karangan yang
secara sah dinyatakan sebagi hasil karya seorang pengarang. Jadi, “kanon plato”
emnyangkut sejumlah risalah yang dapat dinyatakan sebagi tulisan yang asli.4
Alkitab adalah buku sejarah, dan
kebenaran-kebenaran agung tetang Kekristenan didasarkan pada fakta-fakta
sejarah yang diungkapkan dalam Alkitab. Jika fakta tentang penyaliban. Fakta
tentang kelahiran dari anak perawan, fakta tentang penyaliban, dan fakta
tentang kebangkitan diabaikan, berarti iman kita tidak memiliki dasar. kerena
penyataan perjanjian baru bertumpu pada landasan perjanjian lama, ketetapan
perjanjian lama merupakan hal yang sangat penting bagi kita.
Meski peneguhan satu jenis kebenaran
(sejarah) tidak menunjukkan keabsahan kebenaran jenis lainnya (teologis),
ketelitian kitab sejarah dalam kitab suci menimbulkan kepercayaan pada pesan
teologisnya. Orang-orang yang tidak menerima kesaksamaan sejarah dalam Alkitab
ternyata lebih mudah menolak pernyataan-peryataan teologisnya. Keseksamaan dan
kesesuaian dengan sejarah yang merupakan sifat kitab suci dengan firman Allah
dan sebagai pernyataanNya yang unik
telah telah disangka oleh krititus yang merusak, yang telah mengabaikan
keabsahan mutlak Alkitab pokok demi pokok. Misalnya krititus-krititus tersebut
mengatakan bahwa kisah Abraham adalah sebuah legenda, bahwa hukum musa
dirumuskan ratusan tahun setelah musa, bahwa orang-orang seperti orang Het
hanyalah merupakan legenda atau tidak penting, bahwa kita hakim-hakim adalah
kumpulan cerita-cerita menarik
dan bukan kisah sejarah yang sungguh, dan bahwa
![]() |
4 Merril c. Tenney,1992, survei
perjanjian baru, malang,gandum mas. Hal 495
pelbagai orang dari sargon hingga sanbalat tidak terdpat
dalam sejarah, tetapi temuan- temuan arkeologis telah menunjukkan bahwa
tuduhan-tuduhan para kritikus ini dan banyak lagi tuduhan lain terbukti salah
satu ternyata Alkitab benar-benar layak dipercaya dalam setiap peryataan yang
oleh para kritikus telah dikesampingkan dan di anggap tidak dapat dipercaya.5
B. Cara atau proses kanonisasi Alkitab
a. Proses penemuan gulungan kitab kuno
Pada musim semi tahun 1947, ada seorang
penggembala Arab, yang sedang menggembalakan kambing ditebing yang terjal, di
bagian barat laut Mati. Saat itu, dia kehilangan seekor kambing, lalu dia
berkeliling disana, dan menemukan sebuah gua yang begitu gelap dan ia
melempatkan batu kedalamnya, mendengar bunyi pecah bajana tanah liat, ia masuk
dan melihat ada delapan buah bejana yang satu telah pecah kerena batu yang
dileparkannya tersebut, didalamnya terdapat tujuh buah gulungan kitab kuno yang
berbungkus kain lenan disegel rapat. 6
b Kanon perjanjian baru
Pada penutupan abad yang pertama
buku-buku yang membentuk perjanjian baru telah menapai tujuannya masing-masing.
Pada mulanya tidak semua dikenal oleh semua orang Kristen; sebaliknya besar
kemungkinan bahwa banyak orang Kristen yang pertama belum membaca seluruh surat
paulus, dan seluruh surat lainnya sebelum abad yang pertama. Lagi pula, banyak
diantara Injil-injil, kisah para Rasul, dan surat-surat apokrifa yang baru
disebarluaskan pada abad yang kedua dan ditrima oleh beberapa kelompok umat.7
![]() |
5 Joseph P. Free. 1910-1947. Arkeologi
dan sejarah Alkitab. Gandum Mas. Hal 14
6 Dr.lukas Tjandra, latar belakang perjanjian baru. 2010,
johna latumeten. Hal 117
7 Merril c. Tenney,1992, survei
perjanjian baru, malang,gandum mas.
Eksistensi Kanon Perjanjian Lama di Masa Lampau
Bangsa Israel telah mengenal Konsep Kanon ketika mereka menerima Hukum
Taurat dengan perantaran Musa di Gunung Sinai. Tuhan memberikan hukum dan
segala perintah-Nya kepada bangsa Israel dengan disertai suatu upaya dan ikrar
bahwa mereka akan setia dan taat didalam mengeksekusi setiap perintah yang
disampaikan-Nya (Kel. 20; bd. 24:3-4). Benih-benih kanon ini telah ada lebih
awal daripada itu, yaitu ketika orang Israel semakin menyadari peranan mereka
yang spesial dalam rencana penyelamatan Tuhan. Mereka harus menjunjung tinggi
perintah-perintah dan janji-janji Tuhan yang dijanjikan kepada leluhur mereka
yaitu Abraham, Ishak dan Yakub sebagai sesepuh Israel sebagai Firman Allah yang
kudus, hidup, berwibawa yang memberikan kekuatan dan penghiburan. Secara definitif
kita membaca bahwa Kanon Perjanjian Lama baru ditetapkan sebagai kanon yang
resmi pada akhir abad pertama masehi.14 Proses penetapan ini tidaklah mudah
karena adanya skisma dalam proses penetapan kanon, tetapi melalui berbagai
skisma ini keakuratan kanon Perjanjian Lama teruji dan berkualitas sebagai
Firman Allah yang berotoritas.
Validitas Kanonisasi Perjanjian Lama di
masa Lampau telah dikembangkan di Mesopotamia Mesir lebih dari seribu tahun
sebelum zaman Abraham. Pada zaman Musa sistem ini sudah berkembang, sebagaimana
tampak dalam tulisan-tulisan di Ugarit dari pantai Siria. Dalam
perjanjian-perjanjian orang Het yang hampir serupa bentuknya dengan
perjanjian-perjanjian dalam Perjanjian Lama, ada ketentuan bahwa dokumen
perjanjian tersebut harus disimpan supaya jangan ada perselisihan antara kedua
belah pihak yang bersangkutan.15 Menurut Ulangan 31:24-26, Musa menulis
Perkataan Hukum Allah dan menyuruh menyimpannya di samping Tabut Perjanjian
dengan tujuan agar tulisan dan hukum yang telah ditetapkan itu menjadi saksi
turun temurun kepada semua anak cucu dari bangsa Israel. Wibawa dan Otoritas
yang mengikat dari hukum-hukum yang telah tertulis dan ditetapkan tersebut
harus diceritakan dan diamalkan dalam keseharian hidup bangsa Israel (Yos.
1:8).8
![]() |
8Charles
C. Ryrie, Teologi Dasar 1 “Panduan
Populer untuk Memahami Alkitab”, (Yogyakarta:
Eksistensi
Kanon Perjanjian Baru di Masa yang akan Datang
Rencana keselamatan dan pemeliharaan Allah
terhadap bangsa Israel dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah bangsa yang hidup
dalam setiap norma dan kaidah yang ditetapkan dalam Kanonisasi Perjanjian Lama
sebagai wahyu Ilahi yang telah diwujudnyatakan dalam Tora, Nevi‟im, dan Ketuvim
yang kita kenal dalam Kanon
Perjanjian Lama dan implikasinya bagi Iman Kristen tidak hanya terjadi di masa
lampau, kini, tetapi juga di masa yang akan datang. Semua Firman Tuhan yang
dinubuatkan dalam Perjanjian Lama tentang ke-Mesiasan oleh para nabi bangsa
Israel dalam sejarah telah digenapi secara eksplisit dalam kanon Perjanjian
Baru yaitu Yesus Kristus (Mat. 5:17-18).
Yesus Kristus adalah tokoh sentral yang
dibicarakan, disaksikan dan dibukukan dalam naskah Perjanjian Baru dengan ilham
Roh Kudus (2 Tim. 3:15- 17; 2 Pet. 19-21). Yesus Kristus, Dialah Mesias, Dialah
Imam Besar Agung; Dialah Pusat dari kanonisasi Alkitab Perjanjian Baru. Suatu
korelasi yang menghubungkan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yaitu
Mesias = Yesus Kristus. Dialah Kalam Allah atau Firman Allah, Dialah yang Awal
dan yang Akhir (Kej. 1:1-25 bd. Yoh. 1:1-3) yang telah Nuzul atau turun menjadi
manusia (Ul. 18:18-22 bd. Yoh. 1:14), rela mengorbankan diri-Nya untuk menebus
semua manusia (Yoh. 1:29-30 bd. 1 Tim. 2:5-6).
Klimaks dari Kanonisasi Perjanjian Baru
adalah upaya mendorong dan memobilisasi semua umat manusia untuk menghidupi
serta mengamalkan firman- Nya, karena kemah kediaman manusia di bumi ini akan
dibongkar, tetapi Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi
kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia
tetapi oleh Allah sendiri (2 Kor. 5:1-10), sesuai dengan yang disabdakan Yesus
Kristus selama Ia berada di dunia, bahwa Ia akan pergi kesana untuk menyediakan
tempat bagi kita semua yang hidup dengan mengamalkan semua titah, perintah yang
difirmanka- Nya dalam Alkitab (Yoh. 14:1-3). Validitas dan akurasi dari
kebenaran Firman
![]() |
Andi,
1991), 1:137.
Jacob Van Bruggen, Siapa yang Membuat Alkitab? “Penyelesaian dan Kewibawaan Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2002),
Tuhan ini diteguhkan oleh Firman Tuhan dalam kitab Wahyu
(Why. 3:21; 1 Tes. 4:13-18 bd. Yoh. 11:25; dll). Sola Scriptura adalah hal yang
paling urgen bagi eksistensi kekristenan karena merupakan dasar sekaligus
sumber di mana segala teologi Kristen dapat dibangun dan diurai secara
komprehensif. Firman Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak
boleh dipisahkan satu sama yang lain. Justru karena hubungan antara keduanya,
kita tidak boleh membekukan isi Alkitab, sehingga menjadi bahan-bahan yang statis,
yaitu bahan yang kepadanya kita dapat berpegang dan berkata: “Coba lihat, di
dalam tanganku
ini, saya mempunyai Firman Allah!” Allah bukanlah suatu
pengertian abstrak yang statis tetapi Allah yang berfirman, bukan saja ia telah
berfirman pada masa lampau, tetapi kini,9
![]() |
9 Misray Tunliu:
Eksistensi Kanon Alkitab dan Relevansinya di Era Globalisasi
Copyright© 2018, PRUDENTIA, e-ISSN: 2654-7759, p-ISSN:
2654-7767 | 158
Bab III
Kesimpulan
Kanonisasi adalah suatu proses bagaimana
buku-buku dari Alkitab itu menerima persetujuan untuk diteriman oleh
pemimpin-pemimpin sidang. Kata kanon berasal dari bahasa Yunani. Lembaga
Alkitab Indonesia menerjemahkan kata ini dengan kata dasar patok, sedangkan
dalam bahasa Inggris kata itu diterjemahkan dengan rule atau measure. Patok
atau kanon atau measure ialah sebuah ketetapan atau sebuah ukuran. Ini biasanya
dipakai untuk tindakan pengukuran tanah, misalnya setelah sebidang tanah diukur,
kemudian diberi patok yang menandakan telah diukur. Kalau tanah itu dijual maka
patok itu telah disetujui oleh baik penjual maupun pembeli atau atau bahkan
yang telah diperiksa oleh departemen pertahanan sebuah negara.
Daftar pustakan
1.
Jhon Borton, Umat Berkitab? “Wibawa Alkitab dalam Kekristenan” (Jakarta: BPK
Gunung Mulia 1993), 34. Misray Tunliu: Eksistensi Kanon Alkitab dan
Relevansinya di Era Globalisasi
2.
Dapat
dilihat pada: https://www.mail-archive.com/i-kan-untuk
revival@xc/org/msg01211,html, diakses pada 31 januari 2020 pukul 21:51 WIB.
4.
Dr.lukas Tjandra, latar belakang perjanjian baru.
2010, johna latumeten. Hal 15
5.
Merril c. Tenney,1992, survei perjanjian baru,
malang,gandum mas. Hal 495
6.
Joseph P. Free. 1910-1947. Arkeologi dan sejarah
Alkitab. Gandum Mas. Hal 14
7.
Dr.lukas Tjandra, latar belakang perjanjian baru.
2010, johna latumeten. Hal 117
8.
Merril c. Tenney,1992, survei perjanjian baru,
malang,gandum mas.
9.
Charles
C. Ryrie, Teologi Dasar 1 “Panduan
Populer untuk Memahami Alkitab”,
(Yogyakarta: Andi, 1991), 1:137.
10.
Jacob Van Bruggen, Siapa yang Membuat Alkitab? “Penyelesaian
dan Kewibawaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, (Surabaya: Momentum
Christian Literature, 2002),
11.
Misray Tunliu: Eksistensi Kanon
Alkitab dan Relevansinya di Era Globalisasi Copyright© 2018, PRUDENTIA, e-ISSN:
2654-7759, p-ISSN: 2654-7767 | 158
0 Comments