1.
Identitas
Buku
Judul
buku : Spiral
Hermeneutika: Pengantar Koprehensif Bagi Penafsiran Alkitab
Penulis : Grant R. Osborne
Penerbit : Momentum
Jumlah
Halaman : xx + 716 Halaman
Cetakan : ke-2
Tahun
Terbit : 2016
Penerjemah : Elifas Gandi
Editor : Stevy Tillar
Tebal
Buku : 10 Cm
Tinggi
Buku : 24 Cm
Halaman 177-203
2.
Ringkasan
Latar Belakang Sejarah
Dan Budaya
Pengetahuan
tentang latar belakang dapat mengubah khotbah yang berasal dari studi dua
dimensi menjadi peristiwa sinematik tiga dimensi. Cerita dalam Alkitab bukanlah
hanya sekedar tulisan tanpa kisah nyata, namun Alkitab ditulis dalam lingkungan
dan budaya yang konkret dan situasi yang konkret. Eksegesis sejarah dan budaya
berbeda dengan studi kritik sejarah dalam hal menerapkan serta latar belakang
kepada suatu perikop untuk dapat lebih memahami maknanya, namun tidak untuk
menentukan penambahan editorial pada teks tersebut.
Tulisan-tulisan
dalam Alkitab memiliki dua dimensi: maksud sejarah dan maksud sastra. Maksud
sejarah, dimana penulis memiliki asumsi yang informasi yang sama dengan para
pembaca asli. Sedangkan maksud sastra, dimana penulis memasukkan suatu berita
di dalam teks yang ditulisnya. Untuk memperoleh makna yang dalam sebuah teks
diperlukannya sebuah riset semantik dan analisis sintaksi. Menurut John Elliott
tugas dari pendekatan sosial ilmiah adalah untuk mempelajari faktor-faktor
pengondidisi dan konsekuensi dari proses komunikasi, mempelajari korelasi
linguistik, sastra, teologi dan dimensi sosial dari teks tersebut, serta untuk
komunikasi tekstual ini sebagai refleksi dan respons kepada suatu konteks
sosial budaya. Namun untuk menyingkapnya dibutuhkan suatu alat arkeologi. Pada
umumnya arkeologi digunakan untuk tujuan apologetik otentitas dari kisah
Alkitab, sehingga dalam hermeneutika hal ini masih diperdebatkan. Walaupun
arkeologi biasanya digunakan dalam apologetika, namuna ada bahaya besar yang
dapat timbul. Seperti contohnya masalah penggalian tembok Yerikho yang
mengalami pertentangan masalah kebenarannya. Sehingga janganlah kiranya
terburu-buru dalam dalam menyimpulkan relevansi penemuan arkeologi. Karena
sering kali masalah yang ditimbulkan lebih besar dari solusi yang diberikan.
Nilai
utama dari arkeologi itu deskriptif (menyediakan bahan latar belakang) dari
pada berdifat polemik (apologetika), sehingga hasilnya tidak terlalu pasti
untuk diandalkan terutama dalam apologetika. Kontribusi utama arkeologi ialah menyedikan
informasi sosiologis agar dapat memahami lingkungan dimana suatu perikop atau
peristiwa Alkitab ditulis.
Ranah-Ranah Untuk Riset
Geografi,
perpindahan penduduk dan topografi dari suatu wilayah dapat menambah pemahaman
yang luar biasa pada studi suatu perikop. Geografis merupakan suatu kekuatan
mendesak yang memulai membatasi natur dan jangkauan dari sejarah politik yang
juga dapat disebut geopolitik. Misalnya, hal ini sangat berguna untuk
memperoleh pengetahuan yang detail tentang desa-desa dan kota-kota dimana Yesus
dan Paulus melayani serta tentang tujuh kota dalam kitab Wahyu.
Politik,
berguna untuk mempelajari catatan-catatan sejarah seperti sejarah bangsa Israel
atau tentang kehidupan Yesus yang sangat terbantu jika dapat mengetahui
beberapa perkembangan politik dibalik catatan-catatan tersebut. Sepertihalnya
dengan penulisan konteks arena politik keberadaan bangsa Israel yang terdapat
diantara bangsa-bangsa lain dengan berbagai sruktur pemerintahan yang berbeda.
Ekonomi,
berguna untuk menjelaskan situasi sosial ekonomi latar belakang sebuah wilayah.
Namun dalam hal ini terdapat kesulitan dalam menentukan sebuah sosial ekonomi
sebuah daerah pada kenyataannya. Hal ini terjadi karena terdapatnya kesulitan
dalam mengetahui analisis kualitatif tentang situasi perdagangan jika tidak
diketahu terlebih dahulu data kuantitatif yang spesifik tentang pergerakan
barang-barang dan artifak-artifak. Perkembangan dari ekonomi seminomaden para
patriak ke ekonomi agraris dari Israel mula-mula sampai ekonomi perdagangan dan
situasi kosmopolitan pada periode Greko-Romawi menolong untuk memahami
detail-detail dalam teks. Terdapat batasan yang jelas antar kehidupan yang
cukup dan kelaparan, dan kapitalisme yang belum terdengar dapat membuat batasan
sosial jarang dilanggar. Dalam masyarakat yang menunjang masal lalu, penekannannya
bukan pada mengumpulkan kekayaan, melainkan pada mempertahankan kehoramatan
nama keluarga.
Militer
dan perang. Istilah perang ditemukan lebih dari tiga ratus kali didalam
perjanjian lama, dan sebagaian besar gambar yang berkenaan dengan Allah sebagai
penolong berasal dari metafora militer. Sangatlah menarik jika melacak sejarah
Israel dari sudut pandang militernya. Kekuatan militer bangsa Israel belumlah
bisa dikatakan sebagai suatu kekuatan militer sampai dengan jaman Salomo, baru
setelah masa pemerintahan Salomolah dipakainya kereta-kereta perang sebagai senjata
utama. Bangsa Israel hanya bisa menguasai daerah-daerah dataran tinggi
dibanding dataran rendah, dan kebanyakan kemenagan mereka berdasarkan taktik
yang lebih unggul dan yang terutama ialah melalui campurtangan ilahi.
Praktik-praktik
budaya. Kebiasaan-kabiasan keluarga,
seperti ritual pernikahan atau praktik pendidikan merupakan hal penting. Dalam
hal pernikahan orang Israel melakukan endogami,
yaitu menikah hanya dengan sesama orang Israel. Hal ini dikarenakan
penekanan pada garis keturunan yang murni kaum Israel. Dalam bidang pendidikan
kaum Israel mengajarkan latihan religius, moral, dan keahlian. Kebiasaan-kebiasaan materi, memberikan
keterangan meteri (rumah, pakaian dan harta benda) yang berharga. Kebiasaan-kebiasan setiap hari, memiliki
pengaruh yang lebih banyak bagi perikop-perikop kitab suci ketimbang yang lain.
Kebiasaan mereka seperti membasuh kaki, membasuh seluruh badan ketika pulang
dari pasar, dan sebagainya. Atletik dan
reaksi, dapat membentuk suatu bagian yang penting dari waktu bersantai bagi
setiap orang dan ini juga berlaku pada zaman Alkitab. Kemampuan atletik pada
zaman kuno berkaitan erat dengan kemiliteran. Sedangkan reaksi dalam zaman itu
berbentuk permainan, meskipun tidak bisa ditentukan seperti apa permainan pada
zaman lalu. Musik dan seni, merupakan
salah satu usaha manusia yang paling mulia. Hal ini dikarenakan musik dan seni
mengungkapkan kepekaan jiwa yang mendalam, sehingga dalam ibadah menjadi fungsi
primer dari musik. Banyak orang menyebut Israel merupakan bangsa tanpa karya
seni, namun pada kenyatannya bangsa ini banyak membuat karya seni. Hal ini
dapat diketahui dari berbagai penemuan peninggalan yang ada. Antropologi budaya, menurut David
deSilva memperhatikan bagimana matrik budaya untuk ide-ide Alkitabiah itu
esensial untuk memahami apa yang ada pada teks tersebut.
Kebiasaan-kebiasaan
religius. Mengendalikan setiap aspek kehidupan sehari-hari dari bangsa Israel.
Aktifitas memiliki nuansa religius, dan dikotomi religius dan sekuler seperti
yang ada di jaman moderen sama sekali tidak tampak. Pada abad pertama orang
Yahudi berdoa setiap tiga kali sehari dangna melafalkan Shema pada pagi dan
petang hari. Mereka berdoa dengan cara berdiri dan hanya berlutut tersungkur
jika pada waktu berduka. Mereka labih sering menaikan doanya dengan suara yang
nyaring.
Rangkuman.
Latar belakang budaya bukan hanya meemperdalam pemahaman atas teks asli namun
juga menyediakan suatu jembatan kepada signifikasi masa kini dari teks
tersebut. Dengan hal ini dapat mengenali situasi-situasi yang serupa dengan
prinsip-prinsip batin tersebut.
Sumber-Sumber Khusus
Untuk Bahan Latar Belakang
Alusi-alusi
perjanjian lama. Dalam perjanjian lama ditemukan lebih banyak alusi-alusi
dibanding kutipan langsung. Namun banyak buku yang membahas perjanjian lama
dalam perjanjian baru berfokus pada kutipan-kutipan. Dengan demikian sumber dan
signifikasi dari alusi-alusi haruslah ditemukan jika makna perikop ingin
ditemukan kembali. Terdapat lima prinsip untuk menemukan dan mengevaluasi
alusi-alusi tersebut. 1. Pengalimatan dan gaya menunjuk kapada suatu perikop
perjanjian lama. 2. Mempertimbangkan kecenderungan masing-masing penulis. 3.
Refleksi terhadap latar belakang perjanjian lama masuk akal dalam suatu teks.
4. Suatu alusi atau kutipan sering kali mengansumsikan konteks asli dibalik
alusi tersebut dan bukan hanya alusi itu sendiri. 5. Jangan mengeksegesis
secara berlebihan.
Alusi-alusi
intertestamental. Dalam kenyataanya kutipan langsung dari literatur
intertestamental sangatlah sedikit, namun ide-ide yang dicetuskan selama
periode antara perjanjian lama dan baru itu penting untuk memahami doktrin
perjanjian baru.
Paralel-paralel
dalam naskah qumaran. Kunci dalam memanfaatkan latar belakang Qumran terletak
pada metode yang tepat, dengan menggunakan terjemahan yang baik, studi kata,
perikop-perikop yang paralel, serta perikop-perikop intertestamental. Dalam
menggunakan terjemahan yang baik dapat menghindarkan penafsir dari kesalah
pahaman.
Perikop-perikop
paralel dalam tulisan-tulisan para rabi, menjadi masalah dalam menetapkan
tanggal-tanggal dari tradisi Talmud. Oleh karena waktu banyak kebiasaan yang
dicatat salam Talmud mengalami perubahan. Namun beberapa hal yang harus
diperhatikan ialah tidak boleh beransumsi bahwa pembahasan-pembahasan para rabi
secara otomatis melanjutkan pandangan-pandangan farisi, tidak boleh beransumsi
bahwa tulisan paralel yang lebih awal itu otentik bahwa tulisan tersebut
benar-benar mewakili periode yang diklaimnya, tidak boleh berasumsi bahwa
tulisan para rabi memiliki satu kesatuan pandangan, harus mempertimbangkan
kemungkinan bahwa Perjanjian Baru dan tulisan-tulisan para rabi telah meminjam
dari satu tradisi umum Yahudi.
Perikop-perikop
paralel dalam tulisan-tulisan Helenistik. Dalam latar belakangnya Helenistik
telahh banyak disalah gunakan oleh mazhab sejarah agama, karena sebagian orang
secara terang-terangan telah menolak relevansi ide-ide Yunani dan lebih
menyukai ide-ide Yahudi sebagai latar belakang yang tepat bagi studi perjanjian
baru. Dalam hal ini terdapat beberapa alasan untuk mempertimbangkan
tulisan-tulisan ini sebagai latar belakang, antara lain: sejarah Alkitab
merupakan bagian dari sejarah yang riil, Alkitab sendiri merupakan bagian dalam
liratur yang riil, para penulis maupun para pembaca dari kitab-kitab dalam
Alkitab hidup didalam dunia sosial yang riil, serta orang-orang yang ada dalam
Alkitab menghadapi dilema politik yang riil. Selain itu, pengetahuan tentang
latar belakang Helenistik juga menolong dalam menjelaskan detail-detail
berkenaan dengan perjalanan-perjalanan misi.
Dalam
hal beberapa hal yang telah dijelaskan, harus dipastikan bahwa bukti yang ada
memang berasal dari periode yang sama dengan perikop yang sedang dipelajari,
harus dipastikan keadaan dari bukti tersebut, jangan terlalu selektif dalam
mengumpulkan bukti-bukti, jangan hanya menyelidiki situasi yang sedang
berlangsung tetapi juga perkembagan historis yang ada dibalik situasi tersebut,
juga perlu diingat bahwa teks-teks dalam Alkitab juga menyediakan data
historis.
Sosiologi
Sebagai Sarana Untuk Menafsirkan Alkitab
Sosiologi
sudah kerap kali dipakai untuk mempelajari dengan lebih mendalam mengenai
pengaruh masyarakat dan kebiasaan-kebiasaan pada teks-teks tersebut. Sosilogi
sebgai suatu disiplin ilmu yang mempelajari hubungan manusia dan
perubahan-perubahan sosial yang membentuk suatu masyarakat. Dalam hal ini tipe
yang paling umum adalah studi atas lingkungan sosial tempat Israel atau gereja
berkembang, seperti halnya latar belakang ekonomi, sosial dan rasial dibalik
Yerusalem abad pertama. Penafsiran sosiologis mempelajari pertanyaan “mengapa”
yang ada dibalik suatu teks dan menggunakan teori sosiologi masa kini bukan
saja untuk memahami makna suatu teks tetapi juga untuk menciptakan kembali
dinamika sosial yang menyebabkan dihasilkannya teks tersebut.
Emile
Durkheim merupakan orang yang pertama kali memandang masyarakat sebagai suatu
kesatuan organik yang mengandung banyak bagian yang saling berhubungan.
Pandangan fungsional ini memiliki dampak yang bertahan pada metode sosiologis.
Dalam beberapa dekade ini pendekatan tersebut digunakan dala studi-studi
Alkitab.
Dalam
kritik sastra kecenderungan dalam menemukan kesatuan dalam teks-teks Alkitab
merupakan koreksi yang sangat berharga bagi kritik historis yang berlebihan.
Dalam model konflik mempelajari masyarakat dalam dalam rangka pertikaian dan
persaingan kekuatan politik antara berangam kelompok kepentingan yang diwakili
didalam dtruktur yang lebih besar.
Masalah-Masalah Di
Dalam Pendekatan Sosiologis
Penggunaan
yang tidak tepat atas model-model. Sangatlah berbahaya jika situasi-situasi
historis didalam kerangka teori-teori moderen hanya dibaca saja tanpa berfikir
apakah model sekarag ini sebenarnya cocok atau tidak dengan data kuno. Untuk
mengantisipasi hal ini, diharapkan untuk menerapkan model-model terbaru untuk
menunjukkan teori-teori yang terkait dengan Alkitab agar melakukan perhitungan
yang fundamental. Pada umumnya sosiologis adalah suatu sarana ideologis yang
membuktikan suatu tesis ketimbang sarana untuk mempelajari suatu pergerakan.
Revisionisme.
Para ahli yang kritis sering kali memiliki prapemahaman bahwa sejarah Alkitab
seperti apa adanya itu keliru dan perlu direfisi. Dengan ini dapat menjadi
masalah bagi metode sosilogis yang bersifat cenderung memandang Alkitab dengan
lebih serius daripada aliran-aliran sebalumnya. Seseorang dapat menguji suatu
kasus yang dibangun diatas bukti yang sangat kabur dengan memperlakukan teks
Alkitab secara serius sebagai suatu catatan sejarah yang dapat diandalkan.
Kecenderungan
melakukan generalisasi. Masalah dengan metode fungsional struktural adalah
berpusat pada masyarakat secara umum dan tidak memberi tempat kepada kontribusi
individu. Kecenderungan ini muncul akibat mengingat terdapatnya kebaragaman
yang luar biasa dari struktur-struktur sosial dalam gereja.
Kelangkaan
data. Kseimpulan sosiologis moderen dibuat dengan data yang luas dan
dikumpulkan dalam waktu yang panjang, namun data yang Alkitab itu sangat
sedikit dan data yang dimiliki tidak dikalimatkan dalam bahasa sosiologis.
Membaca pernyataan theologis sebagai bukti sosiologis merupakan suatu
kekeliruan. Sifat dan jumlah data yang tersedia menjadi masalah karena para
sosiolog bergantung pada contoh hidup untuk menguji teori mereka, maka karena
itu dioerlukan kehati-haitian dalam hal ini.
Kecenderungna
untuk membuktikan sistem itu tidak benar. Para sosiolog mengklain bahwa
disiplin ilmu mereka merupakan sutu disiplin ilmu yang objektif atau bernilai
netral, namun dalam kenyataannya hal ini merupakan sebuah ilusi semata. Namun
dalam suatu sistem empiris seperti sosiologi, fenomena religius pada akhirnya
pasti ditempatkan di dalam ranah manusia.
Reduksionisme.
Para ahli eksegesis yang menggunakan ilmu-ilmu sosial akan membiarkan segala
hal, khususnya keyakinan-keyakinan teologis, tereduksi menjadi suatu fenomena
sosial. Kecenderungan untuk menjelaskan semua aspek yang ada atas faktor-faktor
sosial pada intinya adalah reduksi.
Kekacauan
dalam bidang teori. Terdapat banyak teori sosiologi, sebagian lebih valid dari
pada yang lain, namun para praktisi sering kali gagal mengenali
kesulitan-kesulitan dalam menerapkan teori-teori tersebut kedalam
tulisan-tulisan Alkitab. Kurangnya korelasi antara suatu data spesifik dan
teori atau model umum merupakan maslah pada tingkat penerapannya pada
tulisan-tulisan Alkitab. Terdapat dua cara untuk mengatasi kecederungan ini,
antara lain: memahami metode itu secara lengkap dan mengerti dengan jelas
sejauh mana metode-metode tersebut diterapkan pada data yang ada, dan mewaspadai
terhadap asumsi teoritis tatkala menafsirkan situasi kuno. Serta cara tambahan,
yaitu mengizinakan data yang ada mengontrol dan mengubah model-model tersebut
jika situasinya membenarkan.
Determinisme.
Ilmu sosial berpusat pada perilaku manusia sehingga dapat dipastikan bahwa
kemungkinan aktivitas ilahi ditiadakan. Model-model tersebut tidak lagi menjadi
sarana penemuan (heuritis) dan menjadi tempat-tempat pemaksaan, dimana teks
tersebut ditepatkan dan dipaksa menyesuaikan diri. Penekanan berlebihan
mengenai pengaruh masyarakat ini sangatlah menentukan, karena
peristiwa-peristiwa didalam Kitab Suci yang diyakini berasal dari Allah
diletakkan dibawah kontrol masyarakat.
Evaluasi Dan Metodologi
Penggunaan
teori-teori haruslah dengan tegas mengendalikan kesimpulan-kesimpulan. Penggunaan
teori perlu menyadari bahwa pengunaan teori-teori umum tidak pernah dapat
menjawab secara memadai tentang peristiwa-peristiwa sejarah. Masalah yang
dibahas memanglah sulit untuk diatasi, tetapi harus menyadari fakta disiplin
ilmu tersebut pada studi Alkitab masih terus berkembang. Pendekatan-pendekatan
sosiologis haruslah cocok dalam suatu bidang pendekatan kepada hermenutika,
yaitu dari semua sarana kedalam suatu keutuhan yang komprehensif., sehingga
menghasilkan pernyataan yang berlebihan dan kebingungan yang dibahas.
Satu-satunya
cara di mana pendekatan sosiologis dapat memiliki validitas, ketika pendekatan
ini ditempatkan di dalam kerangka kerja yagn lebih besar dari sarana-sarana
eksegesis lainnya sebagai salah satu metode untuk menentukan makna teks.
Memastikan
suatu perikop telah dipelajari secara menyeluruh terkait dengan tata
bahasa-semantik-sintaksisnya. Yang akan membentuk kontrol yagn menentukan
pararel-pararel latar belakang mana yagn tepat untuk memperdalam makna dari
teks tersebut.
Pengumpulan
data harus komprehensif. Adakalanya perikop itu sendiri akan memberi petunjuk
bagi tulisan-tilisan untuk latar belakang, seperti dalam pengguanaan kutipan
dan alusi dalam perjanjian lama. Seorang penafsir perlu menemukan semua
kemungkinan untuk mempelajari suatu perikop secara tepat.
Mempelajari
konteks dari perikop-perikop Alkitab dan di luar Alkitab. Perikop yang
diinginkan harus benar-benar bersifat paralel. Dalam hal ini terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan, antara lain: memiliki pengetahuan secara
menyeluruh atas metode-metode tersebut, selalu mengutamakan hasil-hasil dari
para ilmuwan sosial yang kompeten, memahami sepenuhnya teori tersebut,
melakukan survei yang luas terhadap masyarakat, memperhatikan konsep penefsiran
dan membiarkan teks itu sendiri yang menjadi faktor pengendali.
Jangan
memasukan perikop-perikop pararel diluar Alkitab ke dalam teks lebih dari yang
diijinkan oleh data. Jangan memaksa data menyesuaikan diri dengan teori namun
ubahlah teori tersebut agar sesuai data.
Hadapilah
suatu perikop dengan sejumlah besar teori dan biarkan teksnya yagn memilih
teori mana yang paling tepat.
Tekslah
yang utama dan bukan bajan latar belakangnya. Eksegesesis yan bersifat sejarah
budaya merupakan tambahan bagian teks dan bukan suatu tujuan akhir. Karena jika
terlalu banyak studi latar belakangnya malahan menggntikan teks tersebut
dibanding mmeperdalam pemahaman teks tersebut. Namun studi-studi seperti narasi
sejarah, akan sangat diuntungkan dengan cara ini. Namun pengguanaan hal in
ihasur sejauh yang diijinkan teks tersebut.
Ketika
beralih dari teks menuju khotbah, informasi latar belakang memiliki nilai labih
lanjut. Dengan membiasakan pemdengar akan siatuasi asli teks akan menolong
pendengar untuk menempatkan mereka dalam situasi teks dan bagaimana teks
tersebut berbicara kepada pendengar. Dengan demikian pendengar akan menemukan
situasi paralel dalam kehidupan mereka.
3.
Kelebihan
Buku ini dilengkapi dengan catatan yang
menjelaskan bagian dalam footnote. Pembahasan yang dilakukan dapat dikaitkan
dengan ilmu lainnya, seperti pada bagian latar
belakang sejarah dan budaya yang sedikit menyinggung ilmu sosiologi.
4.
Kekurangan
Penulisan footnote tidak diletakkan pada
bagian bawah teks, sehingga tatkala hendak mengetahuinya pembaca harus melihat
pada halaman terakhir (catatan). Bahasa yang digunakan terkadang tearlalu
baerbelat-belit, sehingga pembaca mengalami kesulitan dalam memahaminya.
0 Comments