Judu buku :
Kitab-kitab Sejarah
Penulis :
L. Thomas Holdcroft
Penerbit :
Gandum Mas
KITAB
YOSUA
Kitab
Yosua adalah kitab yang keenam dalam Alkitab, Kitab Yosua juga sebuah Kitab
yang menuliskan atau melaporkan kemenangan Bangsa Israel dan usaha dan
menaklukkan dan memiliki Negeri perjanjian.
Pada setiap ayat akan memperkenalkan atau membahas tetang Yosua bin Nun.
Yang dinyatakan sebagai “pengganti Musa” yang diperkenalkan dan dinyatakan
sebagai orang yang mengumpulkan dan mencatat kitab Yosua, Yosua yang
bersama-sama dengan Kaleb adalah seorang yang diselamatkan dalam pengembaraan
di padang gurun.
Pada
penafsir liberal biasanya menggabungkan kitab Yosua dengan lima kitab
pentateukh, dan menyambut gabungan sebuah kitab itu sebagai hexateukh.Beberap
fakta relevan yang menghubungkan dengan pengarang kitab Yosua adalah salah
satunya Yosua secara tegasdeebut sebagai penulis dari bagian-bagian misalnya, “
Yosua menulis semuanya tiu dalam kitab hukum Allah (Yos 24:26),
Peristiwa-peristiwa yang melaporkan secara rinci hubungan pribadi antara Yosua
dengan Tuhan kerab kali terdapat dalam kitab ini dan hal-hal tersebut mungkin
sekali hanya diketahui oleh Yosua.
Fakta-fakta
berkenan dengan Yosua telah disebut dalam Alkitab pada peristiwa-peristiwa
seperti pertempuranya dengan bangsa
Amalek di Rafidim (Kel 17:9), perjalanan dengan Musa di Sinai (Kel 24:13,32:17;33:11);
usahanya untuk menenangkan Eldad dan Medad (Bil 13:26-30); terpilih sebagai
salah seorang dari 12 pengintai (Bil 13:8) dan pelatikan sebagai pengganti Musa
(Bil 27:18).
Kata
kunci Kitab Yosua adalah “Warisan” ayat kunci terdapat pasal 1:2,3.Dalam bahasa
Ibrani kitab yosua merupakan kitab pertama dari nabi-nabi yang terdahulu,
kelompok yang mencanhkup adalah kitab Yosua, Hakim-hakin I dan II Samuel, dan I
dan II Raja-raja. Kitab itu digabungkan dengan pentateukh oleh kata sambung
biasa dalam bahasa ibrani yang diterjarmahkan dengan “Dan”; karna itu
terbentuklah hubungan.
Analisis
Dan Uraian
I.
Penyerbuan ke palestina (pasal 1-5)
Tugas
dan amanat yang diperoleh Yosua pada pasal yang pertama, Rahab dan dua pengintai (pasal 2), Sugai Yordan Diseberangi
(pasal 3), gundukan batu peringatan (pasal 4), Perayaan paskah pertama di tanah
kanaan (pasal 5),
II.
Penaklukan palestina tengah (pasal 6-8)
Penaklukan Yerikho (pasal 6), dosa
Akham. Kekalahan Israel di Ai (pasal 7), penaklukan Ai (pasal 8).
III.
penaklukan palestina selatan (pasal 9-10)
Perjanjian dengan orang gibeon
(pasal 9), persekutuan selatan dikalahkan (pasal 10),
IV.
Penaklukan palestina bagian utara (pasal 11-12). Persekutuan utara
dikalahkan (pasal 11), tiga puluh tiga orang raja dikalahkan (pasal 12).
V.
Pembagian tanah, pemungkiman di kanaan (pasal 13-22). Batas-batas
tanah. Suku-suku bagian di timur sungai yordan (pasal 13), Milik Kaleb (pasal
14), Milik pusaka Yehuda. Penaklukan yang dilakukan Kaleb (pasal 15), Warisan milik
suku Efraim dan suku Manasye (pasal 16,17), Kemah pertemuan. Tujuh suku yang
tersisa (pasal 18,19), Kota perlidungan (pasal 20), Bagian suku (pasal 21),
Ruben, Gad, dan setengah manasye (pasal 22).
KITAB
HAKIM-HAKIM
Kisah bangsa Israel dan kehidupan mereka ditanah
perjanjian dilanjutkan dalam kitab hakin-hakim. Penaklukan dan kemenagan yang
diperoleh Yosua deganti dengan laporan-laporan tentang penindasan dan
kekalahan. Para pemimpin selama masa ini disebut Hakim-hakim kata yang dipili
sebagai terjemahan untuk judul kitab Hakim-hakim dan versi septuaginta.
Pengarang
dan kronologis kitab
Menurut tradisi
Yahudi, Samuellah yang menulis kitab ini. Isi kitab ini memperkuat bahwa
sewaktu penulisannya adalah sekitar massa hidup Samuel, dan tata serta pandangan-pandangan
yang dilaporkan adalah jelas data dan pandangan yang mungkin sekali diketahui
oleh Samuel.
Jumlah
waktu yang dipertalikan dengan masa pemerintahan berbagai hakim serta selang
waktu antara masa-masa pemerintahan itu adalah 410 tahun.tetapi yang relative
yang ditemukan Alkitab dalam 1 raja-raja 6:1, selang waktu keseluruhan antara
masa keluarnya orang Israel dari mesir dan tahun ke 480 tahun.
Jabatan.
Gelar
hakim dalam bahasa ibrani shophet) mengandung arti seorang yang berperan untuk
“membawa kedalam hubungan yang benar dengan.” Para pimpinan ini terutama
memenuhi tiga fungsi yakni: kepemimpinan militer, pemerintahan, dan
penyelesaian perselisihan.
Analisis
dan uraian
1. kata pengantar unutk kitab ini
(1:1-3:4), kemenangan yang tidak rampung dari suku Yehuda,
kunjungan malaikat, rangkuman peristiwa-peristiwa.
2. kemurtadan, penawanan, dan
kebebasan Israel (3:5-16:31). Otnile, hakim yang
diurapi, Ehun, hakim yang kidal,Samgar, hakim dengan tongkat penghalau lembu,
Debora dan Barak, para hakim yang memerintah bersamaan, Gideoan, hakim bulu
domba, Abimelekh, hakim raja yang merapas kekuasaan,Yair, Hakim dari GIilead.
Yefta, hakim yang diangkat sebagai perjanjian. Ebzan, Hakim dari betlehem. Abdon,
hakim keluarga. Simson, hakim yang perkasa.
3.
Anarki di Israel (pasal 17-23). Suku
Dan mendirikan kota Dan. Nasib suku Binyamin,
RUT
Kitab ini dinamai sesuai dengan tokoh
utamanya, yaitu RUT, Orang Moab, yang
kawin
dengan anak Laki-laki Elimelekh, Orang Yehuda dari Betlehem. Ungkapan Rut
dalam
penolakan itu menjadi ukuran cinta kasih dan kesetiaan yang dapat diberikan
seorang
wanita kepada wanita yang lain (1:16-17). Penulisan kitab Rut menurut para
ahli
tidak sependapat tentang waktu penulisannya; Kitab Rut diperkirakan ditulis
antara
zaman awal kerajaan sampai pasa zaman setelah pembuangan. Ciri-ciri sosial
yang
dimiliki kitab Rut ini memiliki cerita tentang dua adat istiadat Israel Kuno
yang
tidak
ada kesejajarannya dalam masyarakat modern, yaitu perkawinan levirat dan
penebusan tanah. Sifat
Sastra dan teologi menceritakan tentang kehidupan Rut yang disejajarkan dengan cerita Yusuf (Kej.
37:39-50), Perkawinan Ishak (Kej 24), Yehuda dan Tamar (Kej. 38) dan sejarah
kerajaan Daud (2 Sam 9-20).
BERDIRINYA
KERAJAAN I SAMUEL 1-31
KITAB-KITAB
SAMUEL
Sejarah
Isrrael yang digambarkan dalam Kitab I-II Samuel dan I Raj 1-11
memperlihatkan bahwa pada waktu
itu Israel mengalami sejumlah perubahan besar
dalam kehidupan Politik, Sosial
dan agamanya. Cerita tentang perubahan yang
mengejutkan ini sebagian besar
merupakan cerita empat tokoh, yaitu Samuel, Saul,
Daud dan Salomo. Kematian Saul
yang tragis menandai pembagian antara Kitab I-II
Samuel, tetapi batasnya kurang
jelas karena peristiwa itu dicantumkan dalam akhir
Kitab I Samuel, sedangkan
tanggapan Daud atas kematian itu terdapat dalam II
Samuel 1.
Samuel
adalah tokoh yang terbesar dalam Perjanjian Lama sejak Musa dan
peranannya sangat besar dalam
masa peralihan yang penting dari bentuk persekutuan
dua belas suku Israel menjadi
kerajaan Israel. Samuel dilahirkan oleh Hana, Ibunya
dan Elkana, Ayahnya dan Samuel
juga memiliki ibu tiri yang bernama Penina dan
mereka adalah para peziarah yang
terletak di Palestina tengah, di antara Sikhem dan
Betel. Yang menjadi fokus disini
adalah kisah Hana, Ibunya Samuel yang mengalami
kesusahan karena ia tidak
mempunyai anak dan selalu menerima hinaan dari madunya,
keadaanya yang dialaminya sam
seperti keadaan Sara (Kej. 16:1 dst.; 21:9 dst).
bahkan lebih menyedihkan lagi karena
Penina adalah orang terpandang, sedangkan
Hagar adalah seorang budak. Hana
berdoa secara diam-diam; hal ini justru
membedakannya dengan orang lain
yang beribadat pada saat itu dan menarik
perhatian Eli (I Sam 1:12 dst).
Dalam kitab Samuel ini juga mengisahkan cerita
Bangsa Filistin dan Tabut Tuhan
yang dirampas (I Sam 4:1-7:2), Samuel sebagai
Hakim (I Sam 7:3-17). Samuel dan
Saul diantara mereka harus ditetapkan menjadi
seorang Raja (I Sam 8:1-12:25),
Kehebatan Militer Saul (I Sam 13-14), Keputusan
Saul yang Fatal (I Sam 15), Daud
bergumul dengan Saul (I Sam 16-31), Jatuhnya Saul
(I Sam 28-31).
ZAMAN
KEEMASAN ISRAEL
II
SAMUEL 1-I RAJA-RAJA 11
Kematian
Saul menyebabkan Israel kehilangan pemimpin dan berada di bawah
dominasi orang Filistin dan ditetapkan
menjadi Raja Yehuda di Hebron (2 Sam 1-4),
menjadi raja seluruh Israel di
Yerusalem (2 Sam 5-8), Putra-Puta Daud (2 Sam 9-1
Raj 2), serta adanya Kebaikan dan
Kelemahan Saud (2 Sam 9-12), Ambisi Absalom
untuk berkuasa (2 Sam 13-18),
Hari-hari Terakhir Daud (2 Sam 19-1 Raj 2), Salomo
dan kemuliaannya (I Raj 3-11),
Penulisannya Kitab Raja-Raja Kisah Salomo
merupakan cerita pokok dalam I
Raja-raja 1-11. Sejarah istana Daud yang
mengagumkan itu berakhir pada I
Raja-raja 2:46. I Raja-raja 3 sampai II Raja-raja 25
adalah karya seorang penulis yang
berbakat dan kreatif yang membuat kitab-kitab ini
seragam dalam pandangan
teologisnya dan cara penyajiannya yang khas tentang
sejarah Israel. Salomo adalah
Orang bijak yang terbesar dan Saudagar dan
Negarawa.
KERAJAAN
YANG TERPECAH
I
RAJA-RAJA 12 - II RAJA-RAJA 18
Pecahnya
kerajaan (I Raj 12-14) setelah kematian Salomo, Rehabeam naik tahta
menggantikan Ayahnya. Dengan
Peralihan ini, perasaan tertindas di bawah tangan
besi Daud dan Salomo, segera
muncul ke permukaan dan terjadilah sebuah
pertingkaian Rehabeam dengan
Yerobeam terjadi di Sikhem, tempat Rehabeam
memperkenalkan dirinya sebagai
Raja suku-suku utara, dan Yerobeam mendirikan
tempat-tempat ibadat yang lain (I
Raj 12:25-14:20), Pergolakan di dalam dana diluar
(I Raj 14:21-15:34), Raja Omri (I
Raj 16) kerajaan bagian utara tidak pernah
mempunyai dinasti yang stabi.
Yerobeam tidak naik tahta berdasarkan hak yang
diwariskan secara turun-temurun,
dan Anaknya memerintah hanya selama dua tahun
sebelum Baesa merampas tahta
kerajaan dan memusnahkan seluruh keluarga raja
(15:27-30).
Nabi
Elia (I Raj 17-22) menceritakan tentang kemahiran Ahab dalam bidang
politik yang diwariskan kepada
Omri kepadanya. Ancaman serbuan musuh sering
menciptakan kemitraann yang aneh,
seperti persekutuan Ahab dan Benhadad dari
Damsyik. Kedua Raja tersebut
telah berperang selama tiga babak; Aram
memenangkan babak pertama
(20:1-6), tetapi Ahab mengalahkan Benhadad pada
babak kedua (ay 19-21) dan babak
ketiga ia menangkapnya (ay 26-27). Dalam suatu
peristiwa penting yang tidak
dicatat dalam Alkitab, kedua-duanya bergabung dengan
Irhuleni dari Hamat dan
penguasa-penguasa bagian barat lainnya untuk menghadapi
Salmaneser III dari Asyur
(sekitar 859-924 SM), yang menyerbu ke arah pantai untuk
melanjutkan perluasan wilayah
ayahnya.
Perlawanan
Izebel terhadap kepercayaan Israel. Ahab sendiri sudah merupakan
suatu ancaman terhadap tradisi
perjanjian Allah dan Israel. Jelasnya, Ia adalah
seorang oportunis yang tidak
memiliki keyakinan atau rasa segan. Akan tetapi, ia
tidak bergerak sendiri. Izebel
yang ada disampingnya, menggunakan wibawa dan
pengaruhnya sebagai Istri Raja
dengan sewenang-wenag dan keji. Sementara itu,
Ahab merasa tidak senang karena
Izebel berkomplotan dan sama sekali tidak
mengindahkan kebiasaan dan adat
istiadat suku-suku, Izebel yang terbiasa dengan
kedudukan raja yang diktatorial
di Tirus, tidak dapat mengerti kesedihan Ahab ketika
Nabot menolak tegas
permintaannya.
Pertarungan
di Gunung Karmel (I Raj 18) Nama Elia”Tuhanlah Allahku”
merangkum isi pemberitaannya.
Lebih dari orang-orang lain sejak Zaman Musa, Elia
menyadari bahwa Tuntutan Allah
terhadap Israel tidak dapat ditawar-tawar. Nabbi
Elisa (2 Raj 1-8) menceritakan
Elisa yang menuruti segala perintah yang diberikan
dari Nabi Elisa karena Elisa
kemungkinan adalah seorang “Anaknya”yakni pengikut
atau muridnya. Elisa dan Yoram,
Elisa dan Orang-orang Aram, Hal ini bukanlah
menjadi satu-satunya peristiwa di
mana Elisa Turun tangan dalam masalah-masalah
yang berkenaan dengan orang Aram.
Yoram dari Israel terus berhadapan dengan
Aram sepanjang pemerintahnya,
tetapi Yoram dari Yehuda (kira-kira 853-841 SM),
Ayah Ahazia, mempunyai
kesulitan-kesuliatan tersendiri pula (ay 20-24).
Kekacauan di Israel Utara (2 Raj
9-14) dengan adanya mandat ini Yehu
berangkat untuk mengadakan
pembersihan terhadap korban-korbannya; Yoram dari
Israel (9:24), sekutunya, Ahazia
dari Yehuda (ay 27), Izebel (ay 30-37), keturunan
laki-laki dan mitra-mitra Ahab
(10:1-11), 42 oarng kaum kelurga Ahazia (ay. 13), dan
semua penyembah Baal di Samaria
(Ay 18-27). Perjanjian yang diberikan itu
diberikan kepada Atalya dan Yoas,
Raja Yerobeam II, dan Hari-hari Terakhir Israel (2
Raj 15-17. Israel merasa agak
lega karena Asyur berperang ditempat lain. Tetapi
Ancaman tersebut menjadi lebih
berbahaya lagi semasa pemerintahan Tiglat Pileser
III (Kira-kira 752-742 Sm), Pekah
(kira-kira 742-732 Sm) dan Hosea (kira-kira
732-722 Sm), ketiga Raja Israel
yang terpenting dalam masa terakhir ini, menghadapi
penyerbuan Asyur dan harus
menilih antara membayar upeti atau dibinasakan
(15:19,29; 17:3-6), Yerobeam
merebut tahta Israel dari Rehabeam dan meletakkan
pola bagi para penggantinya
sepanjang dua abad yaitu Uzia, Yotam dan Ahas, dan
Raja Hosea pada waktu Hosea
(kira-kira 732-721 Sm) merebut tahta, ia tidak
memiliki pilihan lain, kecuali
menyerah pada tuntutan Tiglat-Pileser untuk
menyerahkan upeti dan Beberapa
waktu sesudah Salmaneser V (kira-kira 727-722 Sm)
menggantikan Tiglat-Pilisser,
Hosea bangkit menentang Asyur dan meminta bantuan
Mesir (17:4).
YEHUDA
SENDIRI
II
RAJA-RAJA 18-25
Reformasi
Hizkia (2 Raj 18-20)
Pemberontakan
menentang Asyur
Pertentangan
Asyur dengan negara-negara tetangga disebelah utara,
Khususnya Armenia (Uratru)
membuat Sargon tetap sibuk dalam negeri selam
hampir satu dasawarsa (720-721
Sm). Sementara Itu, Mesir tidak dapat
memberontak karena harus
menghadapi serbuan Nubia di bawah pimpinan
Piankhi yang akhirnya mendominasi
Lembah Nil serta membangun Dinasti XXV
dari Nubia (715-663 sM). Didalam Peralihan
ini terdapat penguasaan yang
memberi kesempatan baik pada
bangsa-bangsa taklukan untuk membebaskan diri,
dan adanya persepakatan dengan
Mesir serta tawaran Babel yang sebanyak tiga
kali yang bergerak ke arah barat
memerangi Yehuda dan negara-negara
tetangganya, serta adanya serbuan
Sanherib yang tidak luput dari perhatian yang
memperkuat sumber daya negaranya
di sekelilingnya dan memerangi
musuh-musuhnya.
Pemberontakan
Manasye yang sepanjang sejarah jarang sekali ada kerajaan
yang mengalami perubahan
kebijakan yang demikian drastisnya seperi yang
terjadi sewaktu Manasye
menggantikan Hizkia serta adanya kompromi dengan
Asyur dan perselisihan dengan
para nabi dan adanya pembaruan oleh Yosia (2
Raj 22:1-23:30) yang
menggambarkan tentang Kitab Taurat dan pertempuran
dengan Nekho serta jatunya
Yerusalem (2 Raj 23:31-25:30) yang membahas
tentang dominasi Mesir dan
Penaklukan oleh Babel dan Pemberontakan Zedekia
dan pembebasan Yoyakhim.
SUDUT
PANDANG
KITAB
TAWARIKH
Sudut
Pandang Sejarah
Kesinambungan
diperlukan karena Faktor sejarah yang saling berhubungan.
Setiap Peristiwa berhubungan
dengan peristiwa lain-seperti benang dalam tenunan
dan tidak dapat dimengerti secara
tersendiri dan penulis Kitab Tawarikh bukanlah
seorang sejarawan dalam arti
modern. Penulis Kitab Tawarikh sering dituduh kurang
teliti mengenai angka-angka,
khususnya mengenai jumlah tentara yang berperang
(Myers 1965). Menurut I Tawarikh
21:5, tentara Israel berjumlah berjumlah
1.100.000 dan tentara Yehuda
470.000; sedangkan II Samuel 24:9 mencatat tentara
sejumlah 800.000 bagi Israel dan
500.000 bagi Yehuda. Tetapi, angka-angka yang
diberikan oleh penulis Kitab
Tawarikh tidaklah selalu lebih besar daripada
angka-angka yang terdapat dalam
Kitab Samuel dan Raja-raja.
1. Sudut Pandang Politik
Penulis
Kitab Raja-raja menyoroti para raja setiap dinasti di kerajaan utara,
sedangkan penulis Kitab Tawarikh
hanya memuat tentang mereka bila mereka
bersangkut-paut denga Yehuda
(mis. Persekutuan Ahab dengan Yosafat, 2 Taw 18).
Setelah pembuangan, kerajaan
utara tidak bangkit lagi dan hal itu ditafsirkan
sebagai meterai hukuman Allah
atas kerajaan itu. Perlu diperhatikan pandangan
Penulis yang mengagungkan Daud
dan Keturunannya. Pemerintah Saul hanya
diceritakan dengan singkat dalam
1 Taw 10) maupun Dosa Daud yang merampas
Batsyeba serta membunuh Uria,
sama sekali tidak dijelaskan (2 Sam 11-12).
2. Sudut Pandang
Teologi
Penulis
Kitab Tawarikh yakin bahwa kebenaran mengangkat derajat bangsa dan
hal ini sesuai dengan
penekanannya atas pembalasan terhadap perbuatan orang
perorangan, apakah itu hukuman
atau imbalan. Mungkin penekanan teologi yang
utama dalam Kitab Tawarikh adalah
perhatiannya yang terus menerus terhadap
tempat ibadat, peribadatan dan
para petugasnya, orang-orang lewi. Jika kita
membandingkan laporan-laporan
mengenai permulaan ibadat di Yerusalem di bawah
pemerintahan Daud (2 Sam 6:12-19;
I Taw 15:1-16) atau reformasi Hizkia (2 Raj
18:4-7; 2 Taw 29-31), tampaklah
minat penulis yang besar terhadap struktur dan para
pelayan agama Israel. Penulis
Kitab Tawarikh sangat memperhatikan pula sifat
teokratis umat Israel.
KITAB
EZRA-NEHEMIA
Kitab
Ezra-Nehemia ditempatkan dalam kumpulan kitab sejarah yang kedua,
sesudah Kitab I-II Tawarikh.
Sedangkan dalam Kanon Ibrani, kitab-kitab ini termasuk
dalam bagian ketiga
“kitab-kitab”) dan ditempatkan sebelum Kitab Tawarikh itu. Lagi
pula, ayat tengah yang dicatat
adalah ayat tengah Kitab Ezra-Nehemia. Isinya juga
mendukung hal ini, karena
catatan-catatan Pribadi Ezra dimulai dalam Ezra 7-10 dan
dilengkapi dalam Nehemia 8-10.
Nama
dan isi dari kedua kitab ini diambil dari nama tokohnya masing-masing,
meskipun perlu dicamkan bahwa
keduanya berasal dari catatan-catatan pribadi Ezra
dan terdapat dalam Nehemia 8-10
yang juga membahas tentang kedua kitab ini dan
kitab Apokrifa juga terdapat
dalam Bahasa Yunani, Esdras
Kitab Ezra-Nehemia juga
menceritakan tentang peristiwa-peristiwa dari dua
kurun waktu yang berbeda dalam
pemulihan Israel ke negeri Perjanjian setelah
pembuangan dan pembangunan
kembali Rumah Allah tahun 538-516 sM (Ezr 1-6);
kedua, pekerjaan para pemimpin
menata kembali kehidupan mereka secara religius
(Ezra) maupun secara Fisik
(Nehemia) tahun 458-420 Sm (Ezr 7-Neh 13).
Latar Belakang Historis yang
terdapat dalam kedua kitab ini adalah kehidupan
Politik serta agamanya bergantung
pada kekuasaan dan kebijaksanaan Persia. Ketika
Nebukadnezar, penakluk Yerusalem,
meninggal pada Tahun 562 sM, kekuatan Babel
merosot dengan tajam di bawah
pemerintahan beberapa penguasa yang kurang cakap.
Sifat Sasta terhadap kitab
Ezra-Nehemia adalah memperlihatkan bernagai sumber
dan jenis sastra yang dipakai
dalam penyusunannya. Ada tiga bagian utama yang
dapat dibedakan: cerita tentang
Sebsbazar dan Zerubabel (Ezr 1-6); riwayat Ezra,
sebagain besar dalam bentuk kata
ganti orang pertama (Ezr 7-10 dan Neh 8-10); dan
riwayat Nehemia juga sebagian
besar dalam bentuk kata ganti orang pertama
(sebagian besar dari Neh 1-7 dan
11-13). Didalam ketiga bagian utama ini dapat
dibedakan berbagai sumber yaitu:
Catatan-catatan Pribadi Ezra dan Nehemia,
keduanya merupakan cerita mereka
sendiri, Dokumen dan Surat yang mengijinkan
orang-orang yang dalam pembuangan
kembali ke tanah air mereka, ditulis dalam
Bahasa Aram (Ezr 6:3-5); maklumat
itu sudah disesuaikan dalam bahasa Ibrani (1:2-4)
untuk orang Yahudi di pembuagan,
dan berbagai-bagai daftar yang tentu akan
diperoleh dari arsip-arsip Rumah
Allah atau catatan daftar dari kantor kepala daerah
Yehuda.
Penulisan
yang berlaku dalam Kitab Ezra-Nehemia terjadi pada di Timur Tengah
kuno dan juga dalam sebagian
besar Perjanjian Lama, tidak ada petunjuk langsung
tentang penulis Kitab
Ezra-Nehemia yang sama seperti Kitab I-II Tawarikh ditulis
oleh Ezra, dan dengan catatan
bahwa karya itu diselesaikan oleh Nehemia.
Pertimbangan historis dan kronologis
antara hubungan antara Sesbazar dan
Zerubabel serta waktu dan ukuran
kronologis Kitab Ezra dan Nehemia serta hala-hal
yang akan dicapai dan maknanya
dapat dilihat melalui Latar belakang Israel pada
masa pemulihannya dan karya serta
peranan Ezra dan Nehemia. Dalam suatu yang
baru Israel kembali menjadi suatu
umat perjanjian, bukan suatu negara-kebangsaan
dan meskipun dalam politis yang
memaksa mereka kembali kepada jati diri itu, tetapi
Israel tidak goncang karena harus
melepaskan diri dari pakaian kenegaraan tersebut.
KITAB
ESTER
Kitab
Ester sangat berbeda dengan kitab-kitab yang lain dalam Alkitab. Sebutan
untuk Allah maupun Yahweh tidak
ditemukan dalam teks Ibrani. Tempat kejadiannya
adalah di Susan, Ibukota Persia
pada musim dingin, bukan Israel. Kitab ini
menceritakan tentang perkawinan
antara seorang perempuan Israel dengan seorang
raja bangsa lain, kemudian
memecahkan masalah tindakan anti Yahudi dengan suatu
pembelaan diri yang berdarah.
Alur
cerita dari Kitab Ester ini menceritakan di suatu pesta di istana Raja
Ahassyweros (mungkin Xerses I
485-465 sM) yang menampilkan “kemegahan dan
kebesaran sang raja. Historitas
ini meninggalkan pandangan-pandangan yang ekstrim
dan ada kesediaan untuk mengakui
bahwa meskipun cerita tidak mungkin tidak
benar-benar terjadi, namun latar
belakangnya mengandung banyak rincian yah akurat
tentang Persia, sehingga kitab
itu tentu didasarkan pada sejarah. Ada juga anggapan
Bahwa kitab ini disamakan dengan
Isytar dan Mordekhai disamakan dengan Marduk.
Makna Religius yang terdaat dalam
kitab Ester adalah untuk mengesahkan hari
Raya Purim dan Ajaran tentang
Pemeliharaan Allah serta Sikap Anti Sempit yang
terdapat kitab Ester tersebut di
dalam Alkitab dan mengakui otoritas Ilahinya. Kitab
Ester menyampaikan kepada kita
bahwa sikap bermusuhan terhadap orang Yahudi
bukanlah kehendak Allah dan Ia
tidak dapat membiarkannya.
1 Comments
luar biasa hambanya howu-howu channel
ReplyDelete