REFLEKSI TEOLOGIS (DOG & BLACK THEOLOGY)

 

        

Refleksi Teologis

Black Thology

            Teologi Hitam bermula dengan tejadinya perbudakan, penderitaan yang dialami oleh orang – orang berkulit hitam. Penindasan ini dilakukan oleh golongan orang berkulit putih. Dengan penindasan ini maka orang – orang berkulit hitam menafsirkan Alkitab berdasarkan kontekstual, atau berdasarkan keadaan dan kondisi yang sedang mereka alami. Pada awal 1700 – an Kristenisasi dimulai dengan memperkenalkan kekristenan menjadi pernyataan yang sah dalam perbudakan dengan memakai ayat – ayat firman Tuhan (bandingkan 1 Petrus 2: 18; Kejadian 9: 20 – 27).[1] Budak Kristen sangat tidak bernilai dan lebih mirisnya Penindas atau orang kulit putih memakai sembarang ayat firman Tuhan untuk mempengaruhi para budah supaya tidak ada keinginan untuk bebas dari perbudakan. Terjadi pembedaan dalam hal tempat duduk, pelayanan dan kepemilikan dalam gereja terhadap kelompok hitam.

            Dengan perlakuan penindasan dan perbudakan bagi golongan kulit hitam, maka bangkitlah seorang tokoh bernama James Cone, Teolog hitam ini tidak mengenal otoritas tertinggi terletak pada firman Tuhan melainkan otoritas itu terletak pada pengalaman penindasan mereka. Cone menngemukakan sebuah statement bersama dengan neo – Ortodoksi dan Karl Barth, mengatakan bahwa “memang benar bahwa Alkitab bukanlah wahyu Tuhan, hanya Kristus, tapi itu adalah saksi yang sangat diperlukan untuk wahyu Tuhan…”. Selain itu “ Kita tidak boleh menyimpulkan bahwa Alkitab adalah saksi yang sempurna”.

Tanggapan:

            Kalau Cone mengatakan bukan wahyu Allah, maka hal ini sangat jelas membuktikkan bahwa Presuposisinya sudah dipengaruhi dengan penindasan dari pihak kulit putih karena mereka juga mengutip beberapa ayat untuk mendukung penindasan mereka. Hal ini menjadi akar yang sangat pahit dan menimbulkan presuposisi yang sangat buruk dan salah terhadap Alkitab itu sendiri. Frasa yang dikatakan cone bisa dibantah dengan melihat ayat Alkitab secara komprehensif. Dengan jelas dalam kitab  2 Pterus 1: 21, dijelaskan disana bahwa sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, dan dengan jelas juga dikatan Keluaran 34:27 “Allah menyuruh Musa untuk menuliskan FirmanNya”, Yeremia 30: 1 – 2 ; Yeremia 36:2 – 4, 28, 32, dan lebih lagi dalam 2 Timotius 3:16. Dan juga Kristus sebagai penyataan khusus diri Allah dalam hal keselamatan sekaligus memberikan kesaksian tentang wahyu Tuhan yang diberitakan oleh para nabi mengenai pribadiNya. Sangat ironis sekali kalau cone mengatakan bahwa Alkitab tidak boleh disimpulkan sebagai saksi yang sempurna. Sudah sangat jelas bahwa Alkitab sebagai saksi yang sempurna tentang Siapakah itu Tuhan.

 

 

Death of God Theology

            Doktrin mengenai Allah mati dipengaruhi dengan latar belakang yang sangat mengerikan dengan adanya perubahan drastisi kehidupan manusia setelah terjadi perang dunia ke II. Seorang tokoh bernama Frederick W. Nietzsche mendirikan aliran ini dalam teologia mengumandangkan teologi Allah mati. Kehidupan masyrakat pada saat itu sangat memprihatinkan dengan kemajuan teknologi yang berkembang namun masih saja mengalami pengangguran atau tidak mendapat pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam hidup keagamaan tidak mempercayai Alkitab dengan otoritas yang mutlak. Adanya usaha mereka untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik atau dengan kata lain menciptakan surge di bumi ini. Dan ironisnya para pemuda lebih percaya pada hal – hal perdukunan, roh – roh jahat setan dan mistik.[2]

            Seorang tokoh bernama Hamilton beranggapan bahwa Tuhan ada tetapi tidak hadir karena telah mengudurkan diri dari dunia. Manusia tidak menemukan adanya bukti – bukti yang meneguhkan adanya Tuhan.[3] Menurut Nietzshe mengemukakan bahwa tidak adanya Tuhan yang dia maksud adalah bukan pribadi Allah Pencipta tetapi sesuatu yang absolut di luar manusia, sehingga banyak yang bergantung padanya. Manusia tidak menjadi makhluk yang independen tetapi harus terikat dan terbelenggu oleh konsep ketuhanan. Dengan gagasan Nietzsche adalah gagasan tentang Tuhan yang sewenang – wenang dan memperbudak manusia.

 

Tanggapan

            Allah tidak pernah lepas tangan dalam hal memelihara kehidupan manusia baik itu jasmani dan rohani. Dengan jelas dikatakan dalam kitab (Ayub 37:10, 12, Mazmur 104:14; Matius 5:45). Allah terus ada untuk ikut campur tangan dan memelihara kehidupan ciptaanNya. Alkitab memberikan banyak bukti bahwa setelah selesai mencipta, Allah masih terus campur tangan atas sejarah yang terjadi di dalam dunia ini. Allah juga terus memelihara kelangsungan hidup di dunia ini, Ia melindungi semua makhluk ciptaanNya. Ia bertindak dalam segala peristiwa yang terjadi, bahkan Allah mengarahkan segala sesuatu pada tujuan akhir yang telah ditetapkanNya.

 

 

                       



[1] Memakai ayat firman Tuhan dengan sembarangan. Ini ciri khas mental penindas mengatasnamakan firman Tuhan demi mendukung kejahatan mereka, demi memperoleh keuntungan tersendiri. Dalam hal ini  ayat firman Tuhan tidak bisa ditafsirkan atau dikutip untuk kepentingan pribadi apalagi dalam hal membenarkan kejahatan manusia,  hal ini mendukung dengan terlaksananya perbudakan bagi kalangan orang – orang kulit hitam.

[2] Adanya semangat para pemuda untuk beralih kepada kekuatan kegelapan, bisa menjawab kebutuhan – kebutuhan jasmani, kebutuhan primer mereka, ini diakibatkan karena respon mereka terhadap situasi dan kondisi yang sedang di alami.

[3] Pandangan yang serupa dengan penganut paham Deisme, mengatakan bahwa Allah itu memang menciptakan, dan juga mengatakan bahwa Allah itu ada cuman dia tidak campur tangan dalam urusan dunia dengan kata lain IA adalah Allah yang Jauh dari kehidupan manusia.

Post a Comment

0 Comments