Judul Buku : Sosiologi :
Skematika, Teori, dan Terapan
Nama Pengarang : Abdulsyani
Nama Penerbit : PT Bumi Aksara
Tahun Terbit : 2012
Tebal Buku : 214 Halaman
BAB 1
KONSEP DAN DEFINISI SOSIOLOGI
Konsep Sosiologi
Sosiologi
adalah bagian dari ilmu-ilmu sosial (social science) yang bersama-sama
menghadapi masyarakat sebagai obyeknya. Seperti pemah dikemukakan oleh Auguste
Comte (seorang ahli filsafat
berkebangsaan Perancis) bahwa sosiologi adalah filsafat tentang manusia dan
filsafat pergaulan hidup. Konsep yang dikemukakan oleh Comte tersebut
mencerminkan pengertian bahwa sosiologi itu merupakan pengetahuan yang
menyoroti secara tajam mengenai hubungan manusia, golongan, asal, ras dan
kemajuannya, serta
bentuk dan kewajibannya.
sosiologi telah telah mewujudkan
pengetahuannya untuk masyarakat, maka sampai pada abad
ke-20 ia mengalami
perkembangan yang
sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh karena
masyarakat telah semakin
terdesak oleh kebutuhan pengetahuan yang bertanggung jawab, manusiawi dan
realistis dalam setiap menjawab tantangan hidup. Istilah Sosiologi itu sendiri
berasai dari bahasa latin yaitu Socius yang artinya teman atau kawan dan
logos artinya
ilmu pengetahuan (pemikiran).
Dapat Socius diartikan sebagai pergaulan
hidup manusia atau disebut masyarakat
dan kemudian kata sosiologi
diterjemahkan menjadi iImu kemasyarakatan, yaitu ilmu pengetahuan
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat.
Untuk
mengetahui bukti-bukti
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ilmah, dapat dilihat penjelasan Selo
Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (dikutip dari Soerjono Soekanto, 1982)
sebagai berikut:
a. Telah diketahui, bahwa sosiologi
adalah suatu ilmu sosial,
dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
b. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang
normatif, akan tetapi adalah suatu disiplin yang kategoris; artinya sosiologi
membatasi diri pada apa yang
terjadi dewasa ini, dan bukan mengenai
apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
c. Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan terapan (applied science).
d. Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan
yang konkret. Artinya, bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola
peristiwa-peristiwa dalam masyarakat,
tetapi bukan wujudnya yang konkret.
e. Sosiologi
bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian
dan pola-pola umum.
f. Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Ciri ini menyangkut soal
metode yang dipergunakannya.
g. Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan
yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, sosiologi
mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi antarmanusia.
BAB 2
SOSIOLOGI SEBAGAl ILMU PENGETAHUAN
Syarat-syarat llmu
Pengetahuan
Menurut
Soedjono Dirdjosisworo (1985), ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistematisasikan. Atau ilmu adalah kesatuan pengetahuan yang
terorganisasikan. Dapat juga diartikan bahwa ilmu pengetahuan sebagai suatu
pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh pancaindera manusia.
Rumusan
lain tentang ilmu pengetahuan adalah bahwa ilmu merupakan suatu cara
menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya
untuk menyatakan sesuatu proporsi dalam bentuk: jika demikian maka begitu. Dalam hubungan
ini perlu diketengahkan bahwa bagaimana sekumpulan pengetahuan itu telah
disistematisasikan, akan tetapi apabila proposisi itu dimulai dengan kebenaran-kebenaran apriori, maka
proposisi itu kehilangan sifat ilmiahnya Mengenai metode ilmu itu
sekurang-kurangnya mengandung beberapa ciri pokok yaitu:
1. Ada permasalahan
2. Ada hipotesis (kesimpulan yang
bersifat sementara dan harus dibuktikan terlebih dahulu).
3. usulan mengenai cara penyelesaian sebagaimana permasalahan danhipotesis
yang ada.
BAB 3
INDIVIDU
DAN MASYARAKAT
Pengertian
Individu
Individu
berasal dari kata individum (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi
lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang hidup berdiri
sendiri tidak mempunyai kawan (sendiri). Menurut Soediman Kartohadiprodjo
(dalam Soedjono D., 1985) menamakan individu sebagai makhluk hidup ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang
meliputi raga, ras, rasio dan rukun disebut sebagai masyarakat.
Pengertian Masyarakat
Dalam
buku Sosiologi Kelompok dan Masalah sosial
karangan (Abdul Syani, 1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal
dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi
masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling
berhubungan dan Saling mempengaruhi,
selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat (indonesia).
Masyarakat itu mempunyai ciri-ciri
pokok yaitu:
a. Manusia hidup
bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang cukup
lama.
c. Mereka sadar bahwa mereka
merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem
hidup bersama.
Hubungan individu dengan
masyarakat bermula timbul dari pengaruh keluarga dan dari kondisi sosial
keluarga kemudian membawa
kesadaran bahwa
dirinya berbeda dengan lingkungan sosialnya.
BAB 4
KEBUDAYAAN
Definisi
Kebudayaan
Kebudayaan (culture ) adalah suatu komponen
penting dalam kehidupan
masyarakat, khususnya struktur sosial. Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan
sebagai suatu cara hidup atau dalam bahasa inggrisnya disebut ways of life.
Norma
sosial menurut pandangan sosiologis, banyak dititik beratkan atu banyak pendapat yang dibrikan oleh orang-orang
atau para Ahli atau para sarjana itu berdasarkan pada
kekuatan dari serangkaian
peraturan umum, baik tertulis
maupun tidak tertulis, mengenai tingkah laku atau perbuatan manusia yang
menurut penilaian anggota kelompok masyarakatnya sebagai sesuatu yang baik atau
yang buruk, pantas atau tidak pantas. Norma sosial ini dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari
dianggap sebagai alat kendali atau batasan-batasan tindakan anggota masyarakat
untuk memilih peraturan yang diterima atau tidak dalam suatu pergaulan. Pilihan
tersebut diwujudkan dalam bentuk perintah dan larangan.
Sosialisasi
adalah proses belajar yang
dilakukan oleh seseorang (individu) untuk berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan
yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Jika sosialisasi dipandang dari
sudut masyarakat, maka sosialisasi dimaksudkan sebagai usaha memasukkan
nilai-nilai kebudayaan terhadap individu sehingga individu tersebut menjadi
bagian dari masyarakat.
BAB 5
STRUKTUR
SOSIAL
Definisi
Struktur Sosial
Dalam
Sosiologi, struktur sosial sering digunakan untuk menjelaskan tentang
keteraturan sosial, yaitu menunjuk pada prinsip perilaku yang berulang-ulang
dengan bentuk dan cara yang sama. Secara sosiometris kadang-kadang dapat
diartikan sebagai konsep psikologis dari hubungan-hubungan sejumlah anggota
dalam kelompok kecil. Menurut Soerjono Soekanto (1983), bahwa stuktur sosial
diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara
peranan peranan.
Ciri-ciri Struktur Sosial
Untuk
lebih jelasnya di bawah ini akan
dijelaskan beberapa ciri umum dari struktur sosial:
1.Struktur sosial mengacu pada
hubungan-hubungan sosial yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada
masyarakat; memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang kemungkinan besar
dilakukan secara organisatoris.
2. Struktur sosial mencakup semua
hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu. Oleh karena itu maka
struktur sosial dapat disebut sebagai aspek non proses dari sistem sosial, yang
pada intinya adalah situasi statis dari sistem sosial. Struktur sosial
merupakan kerangka acuan yang utama dalam setiap studi tentang keteraturan
hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.
3. Struktur Sosial merupakan seluruh
kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang
teoretis. Artinya dalam setiap meneliti tentang kebudayaan
selayaknya diarahkan pada pemikiran terhadap pelbagai derajat dari susunan
sosialnya.
4. Struktur sosial merupakan realitas
sosial yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku, sehingga dapat dilihat
kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuhnya yang berbentuk struktur.
5. Struktur merupakan tahapan perubahan
dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu pertama; di
dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan
dan perkembangan. Kedua; dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut
terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan dan integrasi sosial yang
berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh
masyrakat.
Dari
beberapa ciri struktur sosial sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan
masyarakat yang merupakan jaringan daripada unsur-unsur sosial yang pokok.
Struktur
sosial juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin
sosial; karena aturan disiplinnya berasal dari dalam kelompok sendiri, maka
perlakuan pengawasan dalam kelompok sendiri, maka perlakuan pengawasan dalam
kelompoknya cenderung lebih mudah untuk dapat diterima sebagai kepentingan
sendiri. Dengan berlakunya proses tersebut, maka setiap anggota kelompok akan
mendapat pengetahuan dan kesadaran, terutama perihal sikap, adat kebiasaan dan
kepercayaan group feelingnya.
BAB 6
LEMBAGA
SOSlAL
Definisi Lembaga Sosial
Istilah
lembaga berasal dari kata Institution yang menunjuk pada pengertian tentang
sesuatu yang telah mapan (established). Dalam pengertian sosiologis, lembaga
dapat dilukiskan
sebagai suatu organ yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
Dengan
demikian lembaga mencakup berbagai aspek, yaitu kebiasaan, tata kelakuan, norma
atau kaidah hukum. Hal ini berarti istilah lembaga merupakan kumpulan dari
berbagai cara berperilaku (usage) yang diakui oleh anggota masyarakat sebagai
sarana untuk mengatur bubu ngan-hubungan sosial. Lembaga kemasyarakatan
merupakan kumpulan norma-norma sosial yang dianggap dapat membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
berbagai pola kemasyarakatan yang berlaka.
BAB 7
STRATIFIKASI
SOSIAL
Pengertian Stratifikasi Sosial
Perwujudannya
adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya
Sorokin menjelaskan bahwa dasar dan inti lapisan-lapisan dalam masyarakat
adalah karena tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial
dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Kelas Sosial
Kelas
sosial menurut pandangan Karl Marx adalah stratum atau suatu lapisan
masyarakat, di mana orang mempunyai kedudukan dan peranan yang sama. Di antara
status-status dalam lapisan masyarakat tersebut ada yang dapat digolongkan
sederajat, sehingga orang-orang yang berstatus demikian itu merupakan lapisan
masyarakat.
Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Dalam
stratifikasi sosial terdapat dua unsur pokok, yaitu status (kedudukan) dan
peranan. Status
dan peranan mempunyai hubungan timbal balik yang merupakan unsur penentu bagi
penempatan seseorang dalam strata tertentu dalam masyarakat.
1.
Status
sosial
Menurut Mayor Polak (1979), status
dimaksudkan sebagai kedudukan sosial seorang oknum dalam kelompok serta dalam
masyarakat. Status mempunyai dua aspek, pertama; aspeknya yang agak stabil, dan
kedua aspeknya yang lebih dinamis.
2.
Peranan sosial
Peranan sosial adalah suatu perbuatan
seseorang dengan cara tertentu
dalam usaha menjalankan hak dan kewajibannya
sesuai dengan status yang
dimilikinya.
BAB 8
KELOMPOK
SOSIAL
Pengertian
Kelompok Sosial
Secara
sosiologis istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari
orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, di mana dapat
mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
Proses
Terbentuknya Kelompok Sosial
Terbentuknya
suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup
bersama; itulah sebabnya maka dalam masyarakat manusia dapat dipersamakan
dengan masyarakat binatang. Manusia sejak dilahirkan di dunia ini sudah
mempunyai kecenderungan atas dasar dorongan nalurinya secara biologis untuk
hidup berkelompok. Namun dalam perkembangan selanjutnya manusia hidup tidak
hanya sekadar membutuhkan hidup secara biologis belaka, akan tetapi manusia
mempunyai kehendak dan kepentingan yang tak terbatas.
Proses
hidup manusia dalam kedua hasrat itu tidak selamanya akan dialami dengan segala
kemudahan, malahan justru kesulitan dan tantangan yang akan banyak ditemui.
Manusia harus dapat menggunakan akal dan perasaannya yang sehat, baik dalam
usaha memenuhi kebutuhan jasmaninya, maupun usaha memenuhi kebutuhan rohaninya.
BAB 9
ORGANISASI
SOSIAL
Definisi Organisasi Sosial
Istilah
organisasi secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu kesatuan orang-orang
yang tersusun dengan teratur berdasarkan pembagian tugas tertentu. Istilah
sosial berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan manusia dalam
masyarakat. Organisasi sosial yang merupakan gabungan dari kedua istilah
tersebut dapat diartikan sebagai suatu susunan atau struktur dari berbagai
hubungan antar manusia yang terjadi dalam masyarakat, di mana hubungan tersebut
merupakan suatu kesatuan yang teratur.
Secara
luas organisasi sosial diartikan sebagai jaringan tingkah laku manusia dalam
ruang lingkup yang kompleks pada setiap masyarakat. Sedangkan dalam arti sempit
organisasi sosial dimaksudkan sebagai tingkah laku seseorang dalam
kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga, sekolah dan sebagainya. Secara
ringkas organisasi sosial dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian pelapisan
terstruktur hubungan antar manusia yang saling ketergantungan.
Sebagai
pedoman agar dapat lebih mudah untuk memahami ruang lingkup kajian dari
organisasi sosial itu, maka perlu diketahui beberapa ciri-cirinya, yaitu
sebagai berikut:
1. Rumusan batas-batas operasionalnya
(organisasi) jelas. Artinya dalam organisasi sosial terdapat tujuan yang telah
ditetapkan berdasarkan kepentingan bersama.
2. Memiliki identitas yang jelas.
3. Formal membership, status dan
role.
Tipe-tipe Organisasi Sosial
Secara
garis besar organisasi sosial dapat dibedakan atas dua macam/tipe, yaitu
organisasi formal dan organisasi informal.
1.
Organisasi farma
Organisasi formal adalah organisasi, di
mana para anggotanya dalam usaha mencapai tujuannya dilakukan menurut ketentuan
resmi (formal). O
2.
Organisasi informal
Organisasi informal adalah organisasi,
di mana para anggotanya dalam usaha mencapai tujuannya dilakukan atas dasar
hubungan pribadi
dengan struktur informal dan tidak ditentukan menurut ketentuan resmi (formal).
Adapun ciri-ciri umum dari organisasi informal, adalah sebagai berikut:
l. Proses pembentukan didasarkan
pada kepentingan bersama.
2. Hubungan informal.
3. Jumlah anggota relatif kecil.
4. Adanya kegemaran yang relatif sama di luar
organisasi.
5. Disiplin kerja didasarkan pada
kesadaran pribadi.
Kelemahan
dari tipe organisasi ini, antara lain adalah, banyak kesulitan untuk mengambil
keputusan karena keterlibatan bawahan tidak terbatas; kapasitas hasil kerja
relatif rendah karena anggotanya terbatas; dan banyak waktu luang yang
dipergunakan di luar lingkup organisasinya.
BAB 10
SISTEM SOSIAL
Pengertian
Sistem Sosial
Istilah
sistem bagi masyarakat umum biasanya diartikan sebagai suatu cara yang
menyangkut teknis melakukan sesuatu. Akan ditinjau dari sudut sosiologis
istilah ini sesungguhnya mengandung pengertian sebagai kumpulan dari berbagai
unsur (komponen) yang saling bergantungan antara satu sama lainnya dalam satu
kesatuan yang utuh.
Unsur-unsur
Sistem Sosial
Secara
umum unsur-unsur dari sistem sosial adalah terdiri dari status, peranan dan
perbedaan sosial; akan tetapi sesungguhnya secara lebih luas, sesungguhnya
banyak sekali komponen yang terkandung dalam pengertian sistem sosial itu.
Menurut Alvin L. Bertrand (1980), ada sepuluh unsur yang terkandung dalam
sistem sosial,
yaitu sebagai berikut:
1.
Keyakinan ( pengetahuan)
Keyakinan atau saran yang dipakai merupakan unsur sistem
sosial yang dianggap sebagai pedoman dalam melakukan penerimaan suatu
pengetahuan dalam kehidupan kelompok sosial dalam masyarakat.
2.
Perasaan (sentimen)
Perasaan menurut Alvin, menunjuk pada
bagaimana perasaan pada anggota suatu sistem sosial (anggota kelompok) tentang
hal-hal, peristiwa-peristiwa serta tempat-tempat tertentu.
3.
Tujuan, sasaran atau cita-cita
Cita-cita, tujuan atau sasaran, di dalam
suatu sistem sosial merupakan pedoman
bertindak atau melakukan agar program kerja yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama dapat tercapai secara efektif.
4. Norma
Norma-norma sosial, menurut Alvin, dapat
dikatakan sebagai patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan di dalam
situasi-situasi tertentu.
5,
Status dan peranan
Dengan status, seseorang dapat
menentukan sifat dan tingkatan kewajiban serta tangung jawab di dalam suatu
kelompok masyarakat; di samping juga menentukan hubungan antara atasan dan
bawahan terhadap anggota lain dalam kelompok masyarakat.
6. Tingkatan
atau pangkat (rank)
Tingkatan merupakan unsur sistem
sosial yang berfungsi menilai perilaku-perilaku anggota kelompok.
7. Kekuasaan
atau pengaruh (power)
Istilah kekuasaan menujuk pada kapasitas
penguasaan seseorang terhadap anggota-anggota kelompok atau organisasi.
Kekuasaan seseorang dalam mengawasi anggota kelompok biasanya dapat dilihat
dari status yang dimiliki.
8.
Sanksi
Sanksi merupakan ancaman hukum yang
biasanya ditetapkan oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya yang dianggap
melanggar norma-norma sosial kemasyarakatan.
9.
Sarana atau fasilitas
Secara umum sarana dimaksudkan sebagai
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dari sistem sosial. Yang paling
penging dari unsur sarana adalah terletak dari kegunaannya bagi suatu sistem
sosial. Dalam analisis sistem sosial pada prinsipnya
10.
Tekanan ketegangan ( Stress-strrain)
Di dalam sistem sosial senantiasa terjadi
ketegangan, sebab dalam kehidupan masyarakat tidak ada satupun anggotanya yang
mempunyai perasaan dan interpretasi sama terhadap kegiatan dan masalah yang
sedang dihadapi bersama.
BAB 11
KEKUASAAN
DAN WEWENANG
Definisi Kekuasaan
Roderick
Martin (1990), mengatakan bahwa dalam pengertian yang paling umum, kekuasaan
tampaknya mengacu pada suatu jenis pengaruh yang dimanfaatkan oleh si objek,
individu atau kelompok terhadap yang lainnya. Secara sosiologis, kekuasaan
lebih efektif jika diterapkan dengan menggunakan pengaruh berdasarkan
nilai-nilai sosial dan proses
komunikasi
untuk membujuk pihak yang dikuasai agar dapat bertindak sesuai dengan keinginan
penguasa.
Pengertian
Wewenang (otoritas)
Wewenang
sangat erat hubungannya dengan kekuasaan; dengan wewenang berarti seseorang
mempunyai hak untuk melakukan dan menetapkan sesuatu. Jadi wewenang menekankan
pada unsur hak, bukan pada kekuasaannya, meskipun kekuasaan dan wewenang tidak
bisa dipisahkan. Secara sosiologis wewenang merupakan suatu kekuatan yang sah
untuk menjalankan kekuasaan.
BAB 12
PROSES SOSIAL
A.
Definisi Proses Sosial
Proses
sosial, merupakan aspek
dinamis dari kehidupan masyarakat. Di mana di dalamnya terdapat suatu proses
hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut
berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara
terus-menerus. Antaraksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh
timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu
atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai atau tujuan tertentu. Proses sosial
pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan
aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.
Bentuk-bentuk
Proses Sosial
Proses
sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok,
berdasarkan potensi atau kekuatan masingmasing. Proses sosial atau hubungan
timbal balik tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), pertikaian atau pertentangan (conflict), dan akomodasi
(acomodation). Bentuk-bentuk proses sosial tersebut dapat terjadi secara
berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa
berujung.
BAB 13
PERUBAHAN
SOSIAL
Definisi
Perubahan Sosial
Perubahan-perubahan
yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau mungkin justru suatu kemunduran.
Unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan biasanya adalah mengenai
nilainilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi
sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan,
tanggung jawab, kepemimpinan, dan sebagainya.
Faktor-faktor
Penyebab Perubahan Sosial
Pada
dasarnya perubahan-perubahan sosial terjadi, oleh karena anggota masyarakat
pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang
lama. norma-norma dan lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap
tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Ada tiga faktor
penyebab utama dalam perubahan sosial, yaitu penimbunan (akumulasi) kebudayaan,
pertambahan penduduk dan penemuan-penemuan baru.
Bentuk-bentuk
Perubahan Sosial
Perubahan-perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas beberapa bentuk,
yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan tak berencana dan
perubahan berencana.
1.
Perubahan evolusi dan perubahan revolusi
Yang dimaksud dengan perubahan evolusi
adalah perubahanperubahan sosial yang terjadi dalam proses yang lambat, dalam
waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan.
2.
Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak di rencanakan.
Perubahan yang direncanakan adalah
perubahan-perubahan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang didasarkan
pada perencanaan yang matang oleh pihak-pihak yang menghendaki
perubahan-perubahan tersebut. Sementara itu perubahan yang tidak direncanakan,
merupakan perubahan-perubahan yang berlangsung di luar kehendak dan pengawasan
masyarakat. Perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki ini biasanya lebih
banyak menimbulkan pertentangan-pertentangan yang merugikan kehidupan
masyarakat yang bersangkutan.
BAB 14
MODERNISASI
Pengertian
dan Syarat-syarat Modernisasi
Secara historis, modernisasi merupakan
perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau
dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Proses
perubahan itu didorong oleh berbagai usaha masyarakat dalam memperjuangkan
harapan dan cita-citanya, yaitu perubahan kehidupan dan penghidupan yang ada
menjadi lebih baik.
Karakteristik
yang umum dari modernisasi adalah menyangkut bidang-bidang tradisi-tradisi
sosial kemasyarakatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kependudukan dan
mobilitas sosial. Berbagai bidang tersebut berproses sehingga mencapai
pola-pola perikelakuan baru yang berwujud pada kehidupan masyarakat modern.
Sayangnya, penggunaan istilah modernisasi banyak disalahtafsirkan sehingga sisi moral sebagai
pengendali terkadang tertinggal jauh.
Ada
yang menganggap modernisasi sebagai suatu lambang kebebasan, lain lagi
menganggap sebagai peniruan cara barat (westernisasi), bahkan ada sebagian lagi
menganggap modernisasi sama dengan sekularisasi. Kebebasan diartikan sebagai
keleluasaan bergaul dengan meninggalkan norma kesopanan dan norma kesusilaan;
westernisasi dapat mengakibatkan menurunnya nilai produksi dalam negeri sendiri
dan melunturkan kecintaan terhadap tanah air. Sementara sekularisasi dapat mengakibatkan
rusaknya mental dan lunturnya
kesucian nilai-nilai
keagamaan.
BAB 15
MASALAH-MASALAH
SOSIAL
Pengertian
Masalah Sosial
Dalam
setiap usaha manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya senantiasa tidak
lepas dari benturan-benturan antara nilai, norma-norma sosial dengan keterbatasan
kemampuan dan sumber-sumber kebutuhan yang diperebutkan. Jika nilai-nilai atau
unsur-unsur kebudayaan pada suatu waktu mengalami perubahan, di mana
anggota-anggota masyarakat merasa terganggu atau tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhannya melalui kebudayaan tadi, maka timbul gejala-gejala sosial yang
meresahkan masyarakat yang disebut dengan masalah sosial.
Dalam
masa perubahan masyarakat, banyak sekali timbul masalah sosial, yang
mengakibatkan perubahan-perubahan pula terhadap nilai-nilai kemasyarakatan lama
yang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Variasi masalah sosial
sangat beragam, tergantung pada aspek-aspek kehidupan mana yang sedang dalam
keadaan terbatas, yang menyebabkan anggota masyarakat menjadi resah karenanya.
Ada yang menganggap masalah sosial itu berupa keresahan masyarakat yang
disebabkan oleh gejala-gejala kejahatan; ada pula yang mengatakan masalah
sosial itu identik dengan kemiskinan, perceraian, dan bentuk-bentuk pelanggaran
hukum lainnya.
Ada
beberapa masalah sosial utama yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat,
yaitu sebagai berikut:
1.
Masalah Kriminalitas.
Dalam kehidupan manusia dalam masyarakat
tidak pernah ada konformisme (penyesuaian) yang sempurna, akan tetapi selalu
ditandai oleh adanya berbagai penyimpangan dan konflik.
2.
Masalah Kependudukan
Pada dasarnya masalah kependudukan
merupakan suatu sumber masalah sosial yang penting, oleh karena pertambahan
penduduk dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembangunan, terutama jika
pertambahannya tersebut tidak dapat terkontrol secara efektif.
3.
Masalah Kemiskinan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu
keadaan di mana seseorang, keluarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota
masyarakat lain pada umumnya.
4.
Masalah Pelacuran (prostitusi)
Pelacuran merupakan masalah sosial yang
cukup besar pengaruhnya bagi perkembangan moral. Pelacuran berkembang bukan
saja karena dorongan tekanan-tekanan
sosial, keputusasaan, atau sebagai pelarian bagi mereka yang putus cinta atau
karena kehilangan pekerjaan, melainkan juga disebabkan oleh karena banyak yang menggandrunginya,
bahkan disediakan fasilitas lokasi secara khusus untuk itu. Pelacuran akan menjadi
masalah sosial yang semakin besar, apabila berkembang menjadi suatu profesi;
terutama jika nilai-nilai moral dan keterlanjuran itu sudah semakin merasuk ke
dalam jiwa para pelakunya, lebih-lebih jika
kemudian tertanam pula anggapan bahwa pekerjaan itu lebih mudah dilakukan dan
tidak memerlukan keterampilan khusus.
5.
Masalah Lingkungan Hidup
Menurut Emil Salim, bahwa lingkungan hidup
meliputi hal-hal yang ditimbulkan oleh interaksi antara organisme hidup dengan
lingkungan. Organisme hidup terdiri (tertulis mandiri) atas manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan yang secara sendiri-sendiri atau bersama mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam lingkungan hidup ini manusia merupakan unsur
yang paling dominan. Manusia memiliki kemampuan untuk bertambah secara
kuantitatif dan berkat akal pikirannya maka manusia juga mampu meningkatkan
diri secara kualitatif. Oleh karena manusia merupakan faktor dominan, maka
sasaran telah tertuju pada pengaruh timbal balik antara manusia dengan
lingkungan dalam berbagai aspeknya (ekosistem). Lantas kemudian pengaruh timbal
balik tersebut dapat menimbulkan masalah-masalah, baik itu masalah lingkungan
sosial, lingkungan biologis maupun lingkungan fisik.
BAB 16
KEGUNAAN
SOSIOLOGI
Kegunaan
Sosiologi dalam Perencanaan Sosial
Perencanaan
sosial adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan kehidupan manusia
dalam masyarakat secara ilmiah yang bertujuan untuk mengatasi kemungkinan
timbulnya masalah pada masa-masa terjadi perubahan. Perencanaan sosial lebih
bersifat preventif oleh karena kegiatannya merupakan pengarahan-pengarahan dan
bimbingan-bimbingan sosial mengenai cara-cara hidup masyarakat yang lebih baik.
Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini,
tidak sedikit kemungkinannya dapat berpengaruh pada kehidupan manusia, bisa
berpengaruh positif dan bisa juga malah justru berakibat negatif.
Secara
umum ada beberapa kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial, yaitu antara
lain:
1. Sosiologi mempunyai dasar kemampuan
mendalam tentang perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf yang tradisional
sampai pada taraf kebudayaan yang modern, seperti kompleksitas masyarakat
dengan berbagai perubahan peradabannya. Dengan demikian proses penyusunan dan
memasyarakatkan suatu perencanaan sosial relatif lebih mudah dilakukan.
2. Sosiologi mempunyai dasar kemampuan
memahami tentang hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antar
golongan dalam masyarakat, di samping memahami pula proses perubahan-perubahan
dan pengaruh-pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Hal ini berarti cara
kerja sosiologis mengenai rancangan terhadap masa depan atas dasar kenyataan
yang faktual dalam masyarakat, relatif lebih dapat dipercaya.
3. Sosiologi mempunyai disiplin ilmiah
yang obyektif; proses pelaksanaan kerjanya lebih didasarkan pada spekulasi dan
harapan yang ideal. Dengan demikian pelaksanaan perencanaan sosial dapat
diharapkan lebih sedikit penyimpangannya.
4. Menurut pandangan sosiologi,
perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan
masyarakat, sehingga perencanaan tersebut dapat bermanfaat dalam menghimpun
kekuatan sosial dalam rangka menciptakan ketertiban masyarakat.
5. Dengan berpikir secara sosiologis,
maka perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui batas-batas
keterbelakangan dan kemajuan masyarakat dari bidang kebudayaan, yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dinamis dan cepat, diharapkan dapat disesuaikan
dengan pertumbuhan lema baga-lembaga kemasyarakatan yang ada.
Kegunaan
Sosiologi dalam Penelitian
Sosiologi
memiliki metode-metode penelitian sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya. Obyek penelitiannya mencakup hampir semua aspek kehidupan manusia,
terutama aspek yang berhubungan dengan interaksi antar manusia dalam
masyarakat. Tugasnya adalah mencari dan menemukan data faktual tentang
kebenaran yang terlepas dari nilai-nilai subyektif. Informasi sosiologis yang
disajikan senantiasa ditemukan melalui metode-metode ilmiah yang sudah teruji
dan tidak diragukan manfaatnya atas bukti-bukti kebenaran sebagai hasil
penelitiannya.
Kegunaan
Sosiologi dalam Pembangunan
Pada
masa perkembangan masyarakat dewasa ini, nampaknya konsep pembangunan sudah
merupakan suatu ideologi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya
mengejar pertumbuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam suatu
proses pembangunan itu perlu adanya kemauan keras serta kemampuan untuk
memanfaatkan potensi-potensi
yang tersedia dalam masyarakat untuk keperluan pembangunan. Berbagai
perencanaan perlu disusun dan digelar dalam rangka menghimpun kekuatan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha mencapai tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa suatu proses pembangunan
biasanya dikaitkan, dengan
pandangan yang optimis,
yang berwujud dalam usaha-usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih
daripada apa yang telah dicapai
Kegunaan
Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial
Roucek
dan Warren (1984), mengatakan bahwa masalah sosial berdasarkan definisi yang
paling tepat adalah masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian masalah sosial adalah masalah yang melibatkan sejumlah besar
manusia dengan cara-cara
yang menghalangi pemenuhan kehendak-kehendak biologis dan sosial yang
ditetapkan mengikuti garis yang disetujui masyarakat. Masalah yang tergolong
masalah sosial murni adalah masalah yang berhubungan dengan terjadinya benturan
institusi, rendahnya pengawasan sosial atau kegagalan menggunakan kaidah-kaidah
teknologi yang tepat; kesemuanya ini tidak dapat diselesaikan dengan jalan
keluar yang memuaskan.
0 Comments