PERTUMBUHAN GEREJA

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

Gereja pada umumnya memiliki arti bahwa tempat perkumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari kegelapan menuju terangNya yang ajaib, yang memiliki pengharapan dan hidup kekal di dalamNya. Di dalam gereja ini ada tiga komponen dasar yang perlu ada didalamnya, bahwa dipanggil oleh Tuhan, terdiri dari perkumpulan orang percaya, dan yang terakhir merupakan hasil transformasi dari satu kualitas atau kondisi dari gelap kepada terang, atau dari dosa kepada kebenaran. Gereja memiliki sejarah dalam perkembangan dan pertumbuhan setiap tubuh gereja dan jemaat dalam gereja tersebut. Sejarah ini mengingatkan banyak hal yang perlu diperhatikan dan tidak boleh dilupakan begitu saja. Gereja harus dipahami bahwa memiliki tugas untuk memberitakan keselamatan umat manusia, dengan bertujuan untuk menyatakan Kerajaan Allah dalam dunia. Di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam menyatakan kerjaan Allah kepada manusia dilakukan oleh Yesus dan telah diamanatkan kepada setiap orang percaya tersebut untuk meneruskan dan bersaksi bahwa hanya Yesus Kristuslah Tuhan dan Juruselamat satu-satunya. Dalam hal ini kebanyakan orang memiliki pandangan bahwa hal itu merupakan usaha untuk menambah jiwa orang yang diselamatkan.

Pada awal mula sejarah kekristenan di masayarakat Nias dirintis oleh dua orang Misionaris Katolik Pere Wallon dan Pere Barart dari badan zending Mission Etrangers de Paris, Tahun 1822 sampai 1823. Keduanya belum  berhasil membaptis orang Nias karena keduanya meninggal dunia terkena penyakit malaria. Oleh karena itu sejarah ini sangat penting untuk melihat bagaimana karya Tuhan bekerja dalam kehidupan masyarakat Nias dan juga bagi Penginjil yang masuk di Pulau Nias.

Untuk itu pada penulisan makalah ini akan diuaraikan pembahasan tentang sejarah dan perkembangan pertumbuhan jemaat GPT Kristus Umbu Humene-Nias. Dengan bertujuan untuk melihat bagaimana Karya Anugerah Tuhan&Kasih Karunia Tuhan bekerja dalam jemaat GPT Kristus Umbu.

 

B.   Rumusan Masalah

1.     Sejarah masuknya Injil di kalangan masyarakat Nias?

2.     Sejarah berdiri dan  proses pertumbuhan jemaat GPT Kristus Umbu?

3.     Bagaimana tata cara Ibadah dalam Gereja GPT Kristus ?

 

C.   Tujuan Penulisan

1.     Mengetahui sejarah masuknya Injil di Pulau Nias

2.     Mengetahui proses pertumbuhan jemaat GPT Kristus Umbu

3.     Mengetahui tata Ibadah dalam Gereja GPT Kristus Umbu

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.   Pengertian Sejarah

Sejarah memiliki arti menurut KBBI dan Para Ahli:

     Menurut KBBI adalah:

Ø Asal-usul (keturunan) silsilah

Ø Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (riwayat)

Ø Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau (ilmu sejarah)

Menurut Para Ahli:

Ø Menurut Widya

Suatu studi yang telah dialami manusia diwaktu lampau dan telah meninggalkan jejak diwaktu sekarang, di mana tekanan perhatian diletakkan, terutama dalam pada aspek peristiwa sendiri. Hal ini terutama pada hal yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang disusun dalam cerita sejarah.

 

Ø Menurut Sartono Kartodirdjo adalah gambaran tentang masa lalu manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman tentang hal yang sudah berlalu.

 

Ø Menurut Kuntowijoyo

Hal-hal yang menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris.

·        Sejarah bersifat diakronis kerena berhubungan dengan waktu.

·        Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan dan menceritakan sesuatu hal yang penting.

·        Sejarah bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal unik

·        Sejarah bersifat empiris artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh.

Kesimpulan dari pandangan diatas:

·        Sejarah merupakan hal yang mengingatkan hal yang sangat unik.

·        Sejarah meninggalkan jejak untuk dipelajari.

·        Memiliki hal-hal yang sangat penting

·        Kejadian atau peristiwa yang lampau dan memiliki makna yang sangat dalam

·        Memiliki usaha dan peran manusia di dalamnya

 

B.   Pengertian Perkembangan

Ø Perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrase yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar (Monks dalam Desmita: 2010).

Ø Perkembangan (development) adalah suatu perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dan lahir sampai mati, serta perubahan dalam bentuk dan dalam integrase dari bagian jasmani ke dalam bagian-bagian fungsional (Caplin, 2009 dalam Desmita, 2010).

Ø Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf: 2005).

 

Kesimpulan dari pengertian di atas:

·        Proses yang menuju kearah yang sempurna dan tidak kembali lagi.

·        Proses menuju tingkatan yang lebih tinggi, atau mengalami progresif

·        Memiliki perubahan yang berkesinambungan dalam progres setiap individu.

 

C.   Pengertian Pertumbuhan

Ø Menurut Soetjiningsih (2012), pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran Panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

Ø Menurut Wismoaday Wahono pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keleluasan dan kedalaman, juga sekaligus pertambahan dalam arti integrase, saling keterhubungan dan kompleksitas.

Ø Menurut Oman Karnman pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah protoplasma sel pada suatu organisme, biasanya disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta jumlah sel yang bersifat tida kembali pada keadaan semula.

 

D.   Pengertian Jemaat

          Defenisi mengenai jemaat menunjukkan bahwa mayoritas besar orang menggunakan kata ini untuk menyebutkan sebuah bangunan gereja di mana dilangsungkan berbagai upacara keagamaan atau sebagai bagian dari nama beragam denominasi gereja.

          Kata “jemaat” adalah terjemahan dari kata Yunani “Ekklesia” yang artinya “apa yang dipanggil keluar”. Makna kata “Ekklesia dalam Firman Tuhan khususnya dalam Perjanjian Baru. Di dalam Perjanjian Baru dijelaskan bahwa Ekklesia berarti kumpulan , namun maknanya lebih merujuk kepada perkumpulan yang spesifik, yakni perkumpulan orang-orang yang semua anggotanya telah dilahirkan kembali, yakni semua orang yang telah mengakui Tuhan Yesus dengaan mulut dan memiliki kepercayaan dalam hati bahwa Yesus Kristus telah dibangkitkanb Oleh Allah dari antara orang mati (Roma 10:9). Istilah lain yang Alkitab gunakan untuk menyebut orang-orang yang percaya kepada Kristus di seluruh dunia adalah “Tubuh Kristus”. Istilah “jemaat” dan “Tubuh Kristus” adalah istilah yang setara, kedua istilah ini dipergunakan untuk menyebut semua orang kristiani sebagai sebuah totalitas, dan hal itu terlihat jelas dalam beberapa bagian Alkitab.

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

                                                                            

A.      Sejarah kepercayaan suku Nias

         Pada zaman Leluhur Suku Nias kuno menganut kepercayaan Animisme (Kepercayaan kepada roh dan makhluk halus atau benda-benda tertentu yang harus dihormati). Mereka menyembah roh-roh yang tidak kelihatan dan sekaligus mendewakannya dengan menyebut berbagai sebutan yaitu: Lowalangi, Laturadano, Zihi, Nadaoya, Luluo dan masih banyak lagi. Salah satu bukti bahwa suku Nias kuno menganut kepercayaan Animisme adalah dengan ditemukannya jejak peninggalan sejarah “batu Megalitik” atau Megalitikum di Pulau Nias seperti berbagai jenis patung yang terbuat dari bahan kayu, batu yang hingga kini masih bisa dilihat keberadaannya di daerah Kepulauan Nias.

 

B.   Awal Mula Pengkabaran Injil di Pulau Nias

          Awal mula pemberitaan Injil di Pulau Nias, pertama sekali dirintis oleh dua orang Misionaris Katolik yaitu Pere Wallon dan Pere Barart dari badan Zending Mission Etrangers de Paris, pada tahun 1822/1823. [1]Keduanya belum berhasil membaptis orang Nias karena keduanya meninggal dunia terkena penyakit malaria.

          Pada tahun 1865 lebih tepatnya pada tanggal 27 September 1865 pengkabaran Injil di Pulau Nias dimulai oleh penginjil Jerman (Misionaris Protestan), E. Ludwig Denninger dan Rheinische Missions-Gesselchaft (RMG) yaitu salah satu badan zending Jerman. Denninger belajar bahasa Nias, dan mengenal sedikit budaya Nias dari orang-orang Nias yang merantau di Padang, Sumatera Barat.

          Kemudian pada tahun 1873 RMG kembali mengutus Misionaris ke dua bernama J.W Thomas dan membuka pos pekabaran Injil di Ombolata, dan Misionaris ke tiga bernama Kramer 1874 menetap di Hilina’a, Nias[2]. Di sanalah Penginjil melakukan Baptisan pertama kepada orang-orang Nias. Sehingga sejak tahun 1873-1876, ada 63 orang yang dibaptis dalam 3 periode waktu yaitu tahun 1874 tepat di hari Paskah 25 orang oleh Kramer di desa Hilina’a, 6 orang di Ombolata tahun 1875 lalu disusul 32 orang di Faekhu oleh Thomas. Dalam tahun 1876 itu pula berdiri gedung gereja di Ombolata. Inilah gedung gereja yang pertama didirikan diatas Pulau Nias yang juga disusul kemudia oleh gedung gereja di Faekhu pada tahun 1880. Sekitar tahun 1890, jumlah orang Kristen yang telah dibaptis baru mencapai 706 orang. Jumlah ini bertambah hingga 20.000 orang pada 1915.

          Pada tahun 1876 Missionaris keempat bernama Dr. W.H. Sunderman tiba di Nias. Setelah dua tahun bersama Kramer di Gunungsitoli, Doktor Theologia ini merasa matang berbahasa Nias, lalu membuka Pos Pekabaran Injil di Dahana, namun di sana ia berhadapan dengan penyembahan berhala yang begitu kuat. Sebab itu Ia beralih ke bidang Pendidikan dan menghimpun dan mengajar para pemuda setempat. Usahanya inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya Sekolah Guru di Nias.

          Pada tahun 1881 datang lagi Misionaris kelima bernama J.A. Fehr. Penginjil ini yang menggantikan J.W. Thomas di Ombolata pada tahun 1883, sebab J.W. Thomas pergi berusaha membuka pos Pekabaran Injil di Sa’ua, meskipun usahanya itu ternyata gagal. Dalam 25 tahun masa permulaan ini 5 orang pendeta penginjil dari RMG Jerman telah bekrja di Nias. Namun usaha Pekabaran Injil banyak kesulitan, seperti pengaruh agama suku yang sangat kuat, gangguan keamanan, wabah penyakit, keadaan geografi dan lain-lain. Daerah yang dicapai hanya disekitar Gunungsitoli saja, dengan tiga Pos Pekabaran Injil yaitu Gunungsitoli, Ombolata, dan Dahana. Usaha Denninger (yang dibantu oleh Kodding dan Mohri) di Onolimbu (Muara sungai Idanoi Mola) pada tahun 1867, Sunderman di Tugala Lahomi -Sirombu tahun 1875/1876, J.W. Thomas di Sa’ua tahun 1885, tetapi semua itu baru bersifat penjajakan.

 

C.   Gerakan Pertobatan Massal (1915-1930)

Pada tahun 1916 berlangsunglah gerakan pertobatan massal di Pulau Nias, yang dalam bahasa Nias “Fangesa dodo Sebua”. Gerakan ini bertolak di wilayah Helefanikha, wilayah Humene dalam suatu kebaktian Perjamuan Kudus bulan April 1916. Dalam jangka waktu 2-3 bulan gerakan itu meliputi seluruh Nias daratan, dan karena hal itu Kekristenan berkembang dengan pesat. Pada Tahun 1929 orang Kristen di Nias berjumlah 85.000 jiwa. Peningkatan yang terjadi bukan hanya secara kwantitatif saja, tetapi juga dalam hal kualitatif atau Spritualitas. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya patung, ilmu-ilmu sihir dan racun yang dimusnahkan. Perselisihan dan peperangan diantara penduduk mulai berkurang, kerukunan mulai berkembang, ketaatan kepada pemerintah mulai dinampakkan. Pada tahun 1914 di Ombolata dibuka sekolah Pendeta. Sekolah-sekolah juga sudah banyak yang berdiri.   

 

Setelah terjadi gerakan pertobatan itu terjadi, perkembangan dan pertumbuhan orang yang beriman semakin terlihat dengan berdirinya Badan Gereja yang dibangun oleh sejumlah orang percaya guna untuk tetap teguh bertumbuh dalam Kristus.

 

D.   Sejarah Berdirinya Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Kristus Umbu

     Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Kristus Umbu terbentuk yang berawal dari orang-orang beriman yang bersekutu kepada Tuhan Yesus Kristus yang terdiri dari beberapa orang dari luar dan warga jemaat selingkungan Umbu Humene.

     Pada awal terbentuknya persekutuan ini, dipimpin oleh bapak A/I. Zimeri Zai, bapak A/I Erni Lase dan bapak pendeta Andeas Supono dari Banyuwangi pada Tahun 1969 mengkomunikasikan kepada bapak Toulombowo Larosa ( A.Watiziduhu Larosa selaku pengurus Gereja Amin Jemaat Umbu Humene) meminta untuk melaksanakan Ibadah (Sekolah Wangando/PA) di Gedung Gereja Amin Jemaat Umbu Humene. Sekolah Wangandro tersebut dilaksanakan selama 9 bulan. Alasan berhentinya PA tersebut karena Ibadah di dalam Gereja Amin Jemaat Umbu Humene dihentikan untuk sementara. Kemudian karena hal itu sudah terjadi maka salah seorang dari anggota Persekutuan An, Ama Sili Larosa meminta agar Sekolah Wangandro tersebut dipindahkan dan dilaksanakan di Gedung Gereja BNKP THOMAS Umbu Humene dan Sekolah Wangandro tersebut berjalan selama 11 bulan.

     Karena jumlah orang yang bersekutu semakin banyak maka Sekolah Wangandro tersebut dipindahkan atau diadakan dirumah keluarga A/I Hatima Laoli (alm) di Desa Hilimbawodesolo nama persekutuannya adalah Gereja Betel Injil Sepenuh (GBIS) yang awalnya Pelayanan GBIS dilayani oleh beberapa Hamba Tuhan yaitu bapak Pdt. A.Zimeri (alm), bapak Pendeta Vasantor Manalu, bapak Pendeta Eliakim Lase, bapak Pendeta Andeas Supono serta Istri, dan bapak Pendeta Tahali Mendofa.

     Karena perkembangan dan pertumbuhan kerohanian Jemaat semakin bertambah maka seluruh warga persekutuan GBIS sepakat mendirikan Lost di depan rumah. Keluarga menginjinkan Lost tersebut diirikan, dibangun di depan rumah A/I. Hatima Laoli untuk dijadikan sebagai tempat perkumpulan untuk melakukan Sekolah Wangandro (PA).

     Setelah beberapa Tahun kemudian, karena tempat Ibadah di Lost kurang memadai karena jumlah Jemaat semakin bertambah banyak, maka beberapa orang dari anggota Jemaat An. Zarina Laoli (alm), A/I. Asaria Laoli (alm), dan A/I. Gayuni Laoli menghibahkan tanah mereka untuk dijadikan tempat rumah Ibadah. Melalui kerjasama dengan diadakan kerja bakti (gotong royong) seluruh warga Jemaat saling bahu-membahu mengumpulkan bahan-bahan bangunan dari kayu dan berbagai bentuk dukungan lainnya baik moril dan materil. Sehingga dalam tahapan pembangunan dari tahun ke tahun terus ditingkatkan dengan memperhatikan jumlah warga Jemaat GPT Kristus Umbu.

     Sejak awal pembangunan untuk mendirikan tempat Ibadah Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Kristus Umbu sudah tiga kali tahapan pembangunan dan semuanya berjalan dengan baik dan sukses sebagai bukti kasih dan berkat Tuhan kepada seluruh warga Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Kristus Umbu, walupun kondisi sekarang ini tempat Ibadah yang digunakan kurang memadai untuk menampun jumlah orang yang mencapai 400 jiwa.

                                             

E.   Keadaan Warga Jemaat dan Pelayanan

          Keadaan warga jemaat sampai tahun 2019 ini berjumlah 400 jiwa lebih yang terdiri sekitar 80 kepaa keluarga. Namun masih ada anggota Jemaat yang kurang aktif dalam melakukan peribadatan kepada Tuhan. Tetapi puji Tuhan semakin lama Jemaat semakin giat dan rajin datang beribadah, adanya kerukunan dan terus bertambah jumlah Jemaat serta bertumbuh dalam Iman, Kasih dan Pengharapan di dalam Tuhan.

     Pelayan yang melayani di dalam Gereja dan juga sebagai gembala di dalam Gereja GPT Kristus Umbu:

1.     Pdt. D. Zai/A. Zimeri Zai (alm)

2.     Pdt. E. Lase/A. Emi Zai (alm)

3.     Pdt. F. Laoli/ A. Sua Laoli (alm)

4.     Pdt. Kurniawan Laoli

     Penginjil/Pendeta/Penatua yang pernah melayani di GPT Kristus Umbu yaitu:

1.     Pdt. T. Mendofa

2.     Pdt. Vasontor Manalu (alm)

3.     Pdt. Andreas Supono dan Istri

4.     Pdt. H. Zai

5.     Pdm. A. Heza Lase (alm)

6.     Pdt. F. Laoli A. Gibe (alm)

7.     Bapak A. Hatima Laoli (alm)

8.     Bapak A. Cahaya

9.     Bapak A. Tiani Larosa (alm)

10.                      Bapak A. Gabeda Larosa (alm)

11.                      Bapak A. Gamawa Laowo (alm)

 

 

 

 

 

F.    Tata Ibadah dan jadwal ibadah dalam Gereja GPT Kristus Umbu

Tata ibadah dalam Gereja Pantekosta Tabernakel Kristus Umbu, yaitu:

Doa PembukaanàPujian/PenyembahanàDoa FirmanàFirmanàDoa Penutup/Berkat.

Itulah tata Ibadah dalam Gereja GPT Kristus Umbu.

Jadwal Ibadah:

Ø Hari Minggu        :        

·        Ibadah Sekolah Minggu (07.30-09.00)

·        Ibadah Raya/umum (10.00-12.00)

·        Ibadah Sektor Haleluya di rumah jemaat (13.00-14.30)

Ø Hari Senin  :         PA (19.30-21.00)

Ø Hari Selasa :         Ibadah Sektor Siloam (19.30-21.00)

Ø Hari Rabu  :         Ibadah Kaum Bapak/Ibu (19.30-21.00)

Ø Hari Jumaat :       Ibadah Sektor Imanuel (19.00-21.00)

Ø Hari Sabtu  :         Ibdah Kaum Muda/i.

Sejarah Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Kristus Umbu merupakan salah satu wujud dan keberhasilan seluruh warga Jemaat dalam mempertahankan Persatuan Iman di dalam Kristus, dan kebersamaan di dalam Jemaat untuk mewujudkan tujuan dan misi dari gereja yang telah dibangun. Dan harapan setiap Jemaat terlebih-lebih kepada setiap generasi akan terus dilanjutkan baik pembangunan secara fisik dan terlebih-lebih pembangunan secara Rohani.

Demikianlah sejarah berdirinya Gereja GPT Kristus Umbu semua ini terjadi karena atas kedaulatan dan Kasih karunia Tuhan yang melimpah atas kehidupan Jemaat.

 

 

[3]

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

A.   Kesimpulan

Dalam sejarah masuknya Injil di dalam kalangan masyarakat Nias, merupakan hal yang sangat tidak terpikirkan karena tempatnya yang terpencil dan memiliki tantangan dalam menjangkau tempat atau pulau tersebut. Namun dalam hal ini Tuhan memiliki Perspektif yang sangat mulia dan tidak sama dengan manusia. Tuhan memakai orang asing untuk datang dan melakukan tugasnya untuk memberitakan Injil di kalangan masyarakat Nias. Namun para penginjil mengalami suatu musibah dimana para penginjil yang pertama mati karena terkena penyakit malaria. Itu semua terjadi atas injin dan kedaulatan Tuhan dalam setiap kehidupan manusia. Namun semangat penginjil tetap ada dimana para penginjil yang selanjutnya datang dan memberitakan Injl di Pulau Nias, hal ini membuat sebuah kegerakan dan perubahan yang terjadi bagi kehidupan masyarakat Nias. Masyarakat Nias Mengalami pertobatan Massal atau “Fangesa Dodo”. Denga hal inilah muncul suatu kegerakan bagi setiap orang yang sudah bertobat untuk melakukan persekutuan didalam Tuhan sampai dengan timbul adanya pembangunan gedung Gereja GPT Kristus Umbu. Dalam hal proses pembangunan menuju hasil yang maksimal banyak sekali tantangan dan rintangan baik secara fisik maupun secara Rohani. Tuhan selalu turut bekerja pada setiap umatnya dengan menginjinkan semua hal yang terjadi membuat semangat para pelayan dan jemaat Tuhan untuk tetap teguh dan giat dalam bersekutu serta rasa ingin tak lepas dari hal yang Rohani.

Demikianlah sejarah dan proses pertumbuhan jemaat yang terjadi GPT Kristus Umbu dan juga sejarah masuknya Injil di kalangan masyarajkat Nias. Melalui hal ini dapat dilihat dan dipahami bagaimana kedaulatan dan penyertaan Tuhan dalam membangun Jemaat dan PelayanNya yang terkasih. Semoga hal ini bisa menjadi berkat dan bermanfaat bagi kehidupan Kristen masa kini terlebih bagi generasi muda, dalam memahami sejarah dan kedaulatan Tuhan yang terjadi di dalam kehidupan umatNya.

    

Daftar Rujukan

W. Gulo (ed.), Benih Yang Tumbuh XIII, Semarang: Satya Wacana, 1983, hal 6.

Jan S, Aritonang dan Karel Steenbirk, op.cit.p 600

Via Tlp, Bapak Gembala, Jemaat Kristus Umbu, Sabtu 23-03-2019, Jam 15.00. Wib

 

 

 

 

 

    

 

 

         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar Gereja

 

Description: C:\Users\acer\Pictures\49339603_10214260858848673_7444738780075917312_n.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Description: C:\Users\acer\Pictures\50420071_10214260864488814_182605997787840512_n.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Description: C:\Users\acer\Pictures\51117019_10214298071698971_8142621766825541632_n.jpg



[1] W. Gulo (ed.), Benih yang tumbuh XIII, Semarang: Satya Wacana, 1983, hal 6.

[2] Versi lain mencatat bahwa ada 25 orang yang dibaptis, bukan 9 orang (Jan. S. Aritonang, Karel Steenbirk, W. Gulo)

[3] Via Tlp, Bapak Gembala, Jemaat Kristus Umbu, Sabtu 23-03-2019, Jam 15.00. Wib

Post a Comment

0 Comments