Bab I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Dalam perjanjian
Lama yang menarik adalah peran dari
nabi-nabi yang diutus langsung oleh Allah. Allah secara langsung berbicara
dengan nabiNya. Nabi sering doperankan sebagai pengajar sehingga seringkali
para nabi tersebut dipanggil dengan sebutan Rabi atau Guru, selain berbagai pengajar,
nabi-nabi dalam perjanjian lama sering ditugaskan Allah untuk menegur raja yang
bersalah dan penasehat kepada suatu
bangsa. Akan tetapi selain menjadi Rabi dan penegur para raja, para nabu juga
ditugaskan Allah sebagai juru bicara Tuhan. Kata nabi dalam tradisi Kristen
diyakini berasal dari bahasa Ibrani “nevi” yang berarti orang yang mewartakan
pesan yang diterimanya dari Roh ilahi. Seorang nabi, terutama dalam perjanjian
lama, disebut “mulut” Yahwe karena mengumumkan pesan kepada manusia apa yang
dipesankan oleh Tuhan. Kata nabi sering diartikan sebagai pengangkat, menunjuk,
atau memanggil. Kata nabi apabila dipakai dalam bentuk pasif secara etimologis
bermakna orang yang dipanggil dan diutus Tuhan dengan suatu tugas tertentu.
Secara etimologis nabi adalah orang yang berbicara atas nama Tuhan, maka nabi
bisa dikatakan seorang yang diutus Tuhan.[1]
Salah satu nabi
yang dipanggil Tuhan untuk melaksanankan tugasnya adalah Nabi Yeremia, sebagai
nabi yang diarahkan kepada kerajaan selatan Yehuda, sepanjang 40 Tahun terakhir
disejarah, yang masih hidup dalam keadaan babel ke yehuda yang berakhir dengan
kebinasaan Yerusalem dan bait suci, dalam makalah ini juga akan membahas
tentang nabi Yeremia yang bertugas sebagai nabi.
Dalam perjanjian
banyak membahas tentang Nabi, mulai dari nabi-nabi besar sampai ke nabi-nabi
kecil, dalam perjanjian lama menjadi seorang nabi bukan dari kemuannya sendiri
akan tetapi di utus dan benar-benar panggilan dari Tuhan. Panggilan seorang
nabi bukanlah panggilan yang biasa melainkan ada panggilan khusus yang sangat
luar biasa dan mempunyai tanggungjawab yang cukup besar. Banyak berbagai
pekerjakan dan pelayanan seorang nabi atau apa sajakah tugas-tugas para nabi
yang telah diperintahkan oleh Tuhan, seperti apakah tugas dan tanggungjawab
seorang nabi?, dalam cara apa nabi yang hidup yang dapat memengaruhi Gereja?,
dengan cara apakah nabi membimbing orang yang akan dibimbingnya?, beserta
dengan implikasinya bagi Hamba Tuhan masa kini?.
Dalam makalah ini akan membahas
mengenai tugas dan tanggungjawab nabi yang telah diutus dan dipilih oleh Allah
beserta dengan implikasinya bagi Hamba Tuhan masa kini.
Bab
II
pembahasan
Identitas
Para Nabi mempunyai tempat yang unik
dalam sejarah bangsa Israel, Bahkan, itu adalah tempat yang unik diseluruh Timur
Tengah pada Zaman Perjanjian lama, dan arena Tulisan-tulisan mereka, pengaruh
mereka sangat penting dalam sejarah dunia. Mereka adalah orang-orang benar,
orang-orang berani; mereka menjadi pemandu bagi kepercayaan agamawi yang patut
serta perilaku yang benar bagi bangsa yang selalu menyimpang dari hukum-hukum
Allah.[2]
Identitas Orang-orang Pemberani
Nabi-nabi
Israel menempati ruang istimewa dalam sejarah kenabian Kristen bahkan sejarah
kenabian agama samawi lainya, Yahudi dan Islam. Tidak ada negeri lain selain
Israel yang mempunyai jumlah nabi yang sebanding dengan mereka.[3] Di
Israel peran para nabi bagi kehidupan keagamaan penduduknya tidak dapat
diremehkan, kendatipun masih terdapat cukup banyak penyelewengan dari Hukum
Tuhan, [4]namun
tanpa para nabi tersebut kemungkinan penyelewengan akan jauh lebih parah.
Nabi-nabi Israel yang paling
termasyhur adalah para nabi penulis, yaitu para nabi yang kitab-kitabnya
merupakan bagian penting dari Perjanjian Lama, namun sesungguhnya nabi-nabi
Israel bukanlah hanya mereka. Nabi-nabi paling awal adalah yang menulis kitab
nubuat secara khusus pada abad sembilan Sebelum Masehi. Jauh sebelum nabi-nabi
tersebut telah ada Nabi Musa, Samuel, Natan, Elia, Elisa, dan banyak lagi
lainnya.[5]
Para nabi tersebut sering terlupakan ketika orang membahas kenabian dalam
Kristen karena memberikan penekanan kepada para nabi yang datang kemudian,
tetapi sesungguhnya para nabi tersebut sama pentingnya dengan nabi-nabi yang
menulis kitab-kitab nubuat. Umumnya, nabi-nabi Israel terbagi menjadi tiga
golongan,[6]
pertama nabi-nabi masa pra-kerajaan, dimana perhatian utama diarahkan untuk
mencegah umat agar tidak mengikuti praktik-praktik bangsa Kanaan. Golongan
kedua, adalah nabi-nabi zaman kerajaan yang menulis buku dimana penekanan usaha
mereka adalah mengontak individu-individu. Golongan ketiga adalah para nabi
penulis yang misinya lebih ditujukan pada seluruh bangsa dan dosa umat manusia
pada umumnya.
Para nabi Israel, sama seperti
nabi-nabi lain, adalah orang orang yang mendapat panggilan khusus. Mereka tidak
memperoleh kedudukan karena warisan, karena dilahirkan dalam keluarga para
nabi, anak seorang nabi tidak secara otomatis menjadi nabi, tetapi setiap nabi
dipilih secara khusus oleh Tuhan dan dipanggil untuk melakukan suatu pekerjaan
yang ditetapkan Tuhan baginya. Jabatan kenabian berbeda dengan jabatan imam di
Israel, karena imam mendapatkan kedudukan berdasarkan warisan. Jika seseorang
merupakan keturunan Lewi anak Yakub, maka dia seorang Lewi, sementara jika
seseorang lahir menjadi anak Harun, maka dia adalah seorang imam. Dia tidak
perlu memilih untuk menjadi seoran Lewi atau seorang imam, dia juga tidak perlu
mendapat panggilan untuk mendapat salah satu jabatan itu, dia mendapatkan salah
satu atau kedua-duanya karena kelahiran. Berbeda dengan imam, para nabi adalah
orang-orang yang diplih diantara banyak orang. Hal inilah yang membuat para
nabi menduduki tempat terhormat, karena dipanggil secara khusus oleh Tuhan.[7]
Panggilan khusus para nabi.
Satu alasan bagi kebesaran para nabi
adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang mendapat panggilan khusus. Mereka
tidak memperoleh kedudukannya berdasarkan warisan, karena dilahirkan dalam
keluarga para nabi; begitu pula anak seorang nabi tidak otomatis menjadi nabi
hanya karena dia anak seorang nabi. Setiap nabi dipilih secara khusus oleh
Allah dab dipanggil untuk melakukan suatu pekerjaan yang ditetapkan Allah
baginya. Dalam hal ini, nabi jauh berbeda dengan imam Israel, imam mendapat
kedudukannya kerena warisan. Kalau seorang merupakan keturunan lewi anak Yakub,
maka dia termasuk keturunan lewi; dan selain dari pada itu kalau dia keturunan
harun, maka dia adalah seorang imam.
Para nabi adalah orang-orang yang
dipilih dari antara banyak orang, inilah yang membuat kedudukan mereka menjadi
terhormat. Orang yang harus dipanggil secara khusus oleh Allah. Penggilan
tersebut menetapkan orang itu menjadi nabi dan memberinya kekuasaan untuk
pekerjaannya. Nabi palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak
memerintahkan.[8]
Sebutan
dan Tugas
Ada tiga istilah khusus yang penting dalam
penyebutan nabi. Pertama adalah “nabhi” yang apda dasarnya diterjemahkan
menjadi “prophet” dalam bahasa inggris atau “nabi” dalam bahasa indonesia. Kata
ini telah digunakan hampir tiga ratus kali dalam perjanjian lama hanya dalam
bentuk kata bendanya saja.[9]
Nabi Yeremia
Yeremia adalah putra seorang imam,
yang lahir di sebelah Anaton, desa para imam, selama pemerintahan raja manasye
yang jahat. Yeremia mulai pelayanan sebagai nabi pada tahun ke-13 pemerintahan
raja yosia yang baikdan ia ikut mendukung gerakan pembaharuan yosia. Akan
tetapi ia segera menyadari bahwa gerakan itu tidak menghasilkan perubahan yang
sungguh-sungguh dalam hati bangsa itu; Yeremia mengingatkan bahwa jika tidak
ada pertobatan nasional sejati, maka hukuman dan pemusnahan akan datang dengan
tiba-tiba.
Pada tahun 612 SM, Asyur dikalahkan oleh suatu koalisi Babel.
Sekitar empat tahun setelah kematian Raja Yosia, Mesir dikalahkan oleh Babel
pada pertempuran di Karkemis (605 SM; lih. Yer 46:2). Pada tahun yang sama pasukan
Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar menyerang Palestina, merebut Yerusalem dan
membawa sebagian pemuda pilihan dari Yerusalem ke Babel, di antara mereka
terdapat Daniel dan ketiga sahabatnya. Penyerbuan kedua ke Yerusalem terjadi
tahun 597 SM; ketika itu dibawa 10.000 orang tawanan ke Babel, di antaranya
terdapat Yehezkiel. Selama ini nubuat Yeremia yang memperingatkan tentang
hukuman Allah yang mendatang tidak diperhatikan. Kehancuran terakhir menimpa
Yerusalem, Bait Suci, dan seluruh kerajaan Yehuda dalam tahun 586 SM.
Kitab nubuat ini menunjukkan bahwa Yeremia, sering kali
disebut "nabi peratap," merupakan seorang yang membawa amanat keras
namun berhati lembut dan hancur (mis. Yer 8:21--9:1). Sifatnya yang lembut itu
menjadikan penderitaannya makin mendalam ketika firman nubuat Allah ditolak
dengan angkuh oleh kerabat dan sahabat, imam dan raja, dan sebagian besar
bangsa Yehuda. Walaupun sepi dan ditolak seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi
yang paling tegas dan berani. Kendatipun berhadapan dengan perlawanan yang
berat, dengan setia ia melaksanakan panggilannya sebagai nabi untuk
memperingatkan sesama warga Yehuda bahwa hukuman Allah makin dekat. Ketika
merangkum kehidupan Yeremia, seorang penulis mengatakan: "Tidak pernah
manusia fana memperoleh beban yang begitu meremukkan. Sepanjang sejarah bangsa
Yahudi tidak pernah ada teladan kesungguhan yang begitu mendalam, penderitaan
tak henti-hentinya, pemberitaan amanat Allah tanpa takut, dan syafaat tanpa
kenal lelah dari seorang nabi seperti halnya Yeremia. Tetapi tragedi
kehidupannya ialah: bahwa ia berkhotbah kepada telinga yang tuli dan menuai
hanya kebencian sebagai balasan kasihnya kepada orang-orang senegerinya"
(Farley).
Penulis kitab ini jelas disebut yaitu Yeremia (Yer 1:1). Setelah bernubuat selama 20 tahun
di Yehuda, Yeremia diperintahkan Allah untuk menuangkan amanatnya dalam bentuk
tertulis; hal ini dilakukannya dengan mendiktekan nubuat-nubuatnya kepada
Barukh, juru tulisnya yang setia (Yer 36:1-4). Karena Yeremia dilarang
menghadap raja, Barukh diutus untuk membacakan nubuat-nubuat itu di rumah
Tuhan, dan setelah itu Yehudi membacakannya kepada Raja Yoyakim. Raja itu
menunjukkan sikap menghina kepada Yeremia dan firman Allah dengan menyobek-nyobek
kitab gulungan itu dengan pisau lalu melemparkannya ke dalam api (Yer 36:22-23). Yeremia kemudian mendiktekan
kembali nubuat-nubuatnya kepada Barukh, kali ini ia mencantumkan lebih banyak
daripada di gulungan pertama. Kemungkinan besar, Barukh menyusun kitab Yeremia
dalam bentuk terakhirnya segera sesudah wafatnya Yeremia (+585 -- 580 SM).[10]
Penutup
Para
nabi Israel, sama seperti nabi-nabi lain, adalah orangorang yang mendapat
panggilan khusus. Mereka tidak memperoleh kedudukan karena warisan, karena
dilahirkan dalam keluarga para nabi, anak seorang nabi tidak secara otomatis
menjadi nabi, tetapi setiap nabi dipilih secara khusus oleh Tuhan dan dipanggil
untuk melakukan suatu pekerjaan yang ditetapkan Tuhan baginya. Jabatan kenabian
berbeda dengan jabatan imam di Israel, karena imam mendapatkan kedudukan
berdasarkan warisan.
Seorang nabi yang harus memiliki
sikap yang berani dalam melaksanakan tugas yang yang sesuai dengan perintah
yang diperintahan Tuhan kepadanya. Dalam hal ini salah satu nabi yang memiliki
sikap yang berani dalam melaksanakan Tugasnya sebagai seorang nabi yang
memimpin umat Tuhan dalam banyak berbagai tantangan maupun rintangan yang
dihadapai oleah umat Tuhan, baik juga msalah yang diakibatkan oleah orang lain
maupun juga oleh umat Tuhan itu sendiri yang sering melakukan kesalahan
dihadapan Tuhan.
Aplikasi
Penerapan yang harus dilakukan
terhadap hamba-hamba Tuhan saat ini dalam pelayanan adalah memiliki sikap yang
berani serta peduli dengan jemaat atau umat Tuhan. Hamba Tuhan sebagai pemimpin
jemaat dalam gereja yang menyampaikan kebenaran Firman Tuhan untuk menyadarkan,
mengguhkan iman orang percaya, serta tidak ada salahnya juga kepada orang-orang
yang mungkin masih belum mengenal Tuhan maupun yang masih belum percaya kepada
Kristus.
Daftar
Pustaka
1.
Leon J. Wood, Nabi-Nabi Isael, judul asli The Prophets
of Israel (Malang: Gandum Mas, 2005), h. 83.Identitas dan Karakteristik
Nabi-Nabi Israel dalam Perjanjian Lama Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 299
2. Israel
Mattuck, the thought of the propherts, hlm, 11.
Lihat
Theodore H. Robinson, Prophecy and The Prophets in Ancient Israel (London:
Gerald Duckworth & Co, 1960),
3. Robert
R. Wilson, Prophecy and Society in Ancient Israel (Philadelphia: Fortress
Press, 1980), h. 89-134.
4. R.E.
Clements, Prophecy and Tradition (Oxford: Basil Blackwell, 1975), h. 41- 57.
Lihat juga Claus Westemann, Basic Form of Prophetic Speech (London: Lutterworth
Press, 1967), h. 204.
5. Leon
J. Wood, The Prophets of Israel, hlm 14
6. David
L. Petersen, The Roles of Israel’s Prophets (England: University of Sheffield,
1981), h. 58.
7. https://alkitab.sabda.org/article.php?id=24
8. Leon
J. Wood, Nabi-Nabi Israel, terj. Tim Gandum Mas (Malang: Gandum Mas, 2005), h.
13-15.
[1]Leon
J. Wood, Nabi-Nabi Isael, judul asli The Prophets of Israel (Malang:
Gandum Mas, 2005), h. 83.Identitas dan Karakteristik Nabi-Nabi Israel dalam Perjanjian Lama
Volume 6, Nomor 2, Desember 2012 299
[2]
Israel Mattuck, the thought of the propherts, hlm, 11.
[3]
Lihat Theodore H. Robinson, Prophecy and The Prophets in Ancient Israel
(London: Gerald Duckworth & Co, 1960), terutama pada bab satu dan bab dua.
Robert R. Wilson membandingkan nabi-nabi di Israel dengan tempat-tempat lain
seperti Mesopotamia, Mesir, Palestina dan Siria, dengan kesimpulan bahwa jumlah
nabi di Israel lebih banyak dibandingkan dengan negeri lain, lihat Robert R.
Wilson, Prophecy and Society in Ancient Israel (Philadelphia: Fortress Press,
1980), h. 89-134.
[4]
R.E. Clements, Prophecy and Tradition (Oxford: Basil Blackwell, 1975), h. 41-
57. Lihat juga Claus Westemann, Basic Form of Prophetic Speech (London:
Lutterworth Press, 1967), h. 204.
[5]
Theodore H. Robinson, Prophecy…h. 28-38.
[6] Pembagian kenabian menjadi tiga seperti ini
lazim dipergunakan oleh para ahli agama Kristen, hanya saja para ahli tersebut
tidak selalu menggunakan istilah “kerajaan”, Costen J. Harrel, misalnya,
membagi periodisasi itu menjadi periode Assiria, periode Chaldea dan periode
Persia dan Yunani. Lihat Costen J. Harrel, The Prophets of Israel (Nashville,
Tenn, USA: Cokesbury Press, 1933)
[7]
Leon J. Wood, Nabi-Nabi Israel, terj. Tim Gandum Mas (Malang: Gandum Mas,
2005), h. 13-15.
[8]
Leon J. Wood, The Prophets of Israel, hlm 14
[9]
David L. Petersen, The Roles of Israel’s Prophets (England: University of
Sheffield, 1981), h. 58.
0 Comments