PANDANGAN TEOLOGI SECULARISME

     

            

Pandangan Teologi Secularisme


            Istilah sekularisme pertama kali diperkenalkan pada tahun 1846 oleh George Jacub Holyoke yang menyatakan bahwa “schularism is an ehical system pounded on the principle of natural morality and ini independent of reveald religion or supernaturalism”. [1]

            Sekularisme adalah suatu system etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan terlepas dari agama – agama wahyu atau supernaturalisme. Sekularisme ini lebih merujuk kepada suatu aliran, paham, pandangan hidup, system atau sejenisnya dianut oleh individu atau masyarakat. Sekularisme ini memisahkan hal yang rohani dan duniawi.

a.       Bagaimana system penafsiran yang mereka pakai

Kalau diamati system panafsiran mereka bermula dari penolakan system keagamaan dalam semua urusan dunia seperti politik, sosial, pendidikan dan sebagainya. Bagi mereka orang secular agama hanyalah penghalang kepada kemajuan zaman dan pembangunan sains dan teknologi. Bahkan lebih eksremnya mereka mengatakan bahwa agama bersifat kolot dan bertentangan dengan pemikiran akal sehat mereka.

b.      Apa doktrin – doktrin mereka

Doktrin mereka berasaskan pada rasional, ilmu dan sains. Manusia tidak boleh meletakkan doktrin atau kitab – kitab agama sebagai pegangan karena dengan hal itu akan membutakan manusia. Manusia harus berpegang kepada kajian sains, eksperimen sehingga menemukan hal – hal yang baru. [2]Dengan mudahnya orang menganggap kewujudan sebenarnya adalah melalui pancaindra bukan unsur – unsur rohaniah dan metafisik yang sukar melalui kajian modern. Paham seperti ini mengutamakan material dan membelakangi spiritual.

Manusia tidak memiliki aturan atau dasar berpijak yang ideal sehingga nilai baik dan buruk ditentukan oleh akal manusia bukan doktrin atau ajaran agama, nilai baik dan buruk adalah relative dan agama menyempitkan konsep nilai baik dan buruk, sehingga muncullah paham yang mengajak manusia bebasa melakukan apa saja demi tercapainya kesenangan. [3]Bahkan menganggap alam ini terjadi melalui fenomena sains dan kimia tertentu bukannya kuasa Allah.

Bagian lain mengenai konsep tentang Allah bagi kaum penganut secular adalah memandang Allah sebagai pribadi yang transenden atau sesuatu yang lebih besar. Kerinduan akan sesuatu yang transenden, jauh dibalik pengalaman keseharian, sesuatu yang lebih besar dari segala yang dimiliki. Setiap kerinduan manusia merupakan penunjuk pada kebutuhan sesungguhnya yang pada gilirannya menunjuk pada objek sesungguhnya yang berkaitan dengan kerinduan tersebut. Menyadari bahwa Tuhan memang ada namun Tuhan sangat jauh sehingga tidak akan mengerti dengan apa yang dialaminya atau dilakukan. Sebuah buku mengatakan bahwa “Allah memang harus dipahami demikian, karena dengan manusia beranggapan bahwa Allah itu adalah yang imanen akan menghilangkan jiwa penyembahan manusia karena membuat manusia selalu bergantung kepada yang imanen itu sehingga tidak berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Pendapat yang demikian sangat mendukung kaum secular bahwa manusia hanya dapat mengakui Allah yang transenden saja dan tidak mengakui Allah yang imanen yang hadir dan merasakan apa yang manusia rasakan. Allah memang adalah pribadi yang Mahakuas namun Allah hadir dalam segala aspek kehidupan manusia. Artianya adalah saat manusia mengakui bahwa ada kebebasan dalam dirinya dan membuatnya untuk melepaskan diri dan bebas dari Allah akan menusia sedang bertanggungjawab total atas kehidupannya termasuk apa yang dilakukannya. Manusia secular sangat membutuhkan kebebasan yang demikian, kebebasan yang bebas selama – lamanya, kaum sekularisme juga menyangkali Allah dan wahyuNya, menganggap bahwa Allah adalah pribadi yang tidak mungkin dapat menyatakan diriNya kepada manusia karena Dia adalah Allah yang terlalu berkuasa untuk dapat mewahyukan diriNya.

c.       Pengaruh ajaran sekularisme

Dengan adanya paham secularism mengenai Allah yang demikian tentunya dapat mempengaruhi pertumbuhan kerohanian dan iman orang – orang percaya. Banyak orang Kristen beranggapan bahwa kehidupan ini tidak akan lebih baik jikalau selalu mengahadirkan Allah dalam kehidupan karena akan membuat manusia menjadikan Allah sebuah ketergantungan. Paham sekularisme menekankan pada pembangunan fisik jadi orang – orang percaya menganggap bahwa iman kepada Tuhan tidak lebih penting dari pada kesehatan sendiri. Jadi usahakanlah supaya hidup sehat dan dengan demikian tidak membutuhkan Tuhan.

Dampak positif yang Nampak adalah dengan semangat pembebasan diri dari kukungan keagamaan, ilmu dan teknologi dapat dikembangkan untuk melayani modernisasi dan industrialisasi sehingga pembangunan dapat dipacu.

Dampak negative, kecenderungan semangat pembebasan diri dari agama membuat penipisan pengaruh agama, bahkan dapat berubah menjadi anti agama dan pemberontakkan terhadap Allah, seperti yang Nampak dalam ideology komunisme dan nazise.

Oleh hal ini dapat dimengerti, mengapa gereja melihat sekularisme sebagai bahaya yang mengancam kehidupan gereja. Pengaruh ini menjurus kepada kenyataan bahwa manusia tidak lagi atau kurang megindahkan nilai – nilai hubungan yang benar dengan sesamanya, sehingga dapat timbul kegagalan – kegagalan atau dengan pernyataan yang lebih halus, menimbulkan kesenjangan, keresahan dan pergesekan di antara dan di dalam masyarakat sebagai tanda terputusnya hubungan manusia dengan Allah.

Dalam pemikiran secular, agama adalah soal pribadi dan sekuler menyangkut urusan rohani, tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kemasyarakatan. Sekularisme dapat melahirkan suatu “Kekristenan tanpa agama” dimana manusia dapat hidup dihadapan Allah seolah – olah tida ada, dalam arti bahwa tidak perlu total hidup ini harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah, karena ada aspek – aspek kehidupan ini bukan milik Allah. [4]

Pandangan sekuler mengabaikan segala bentuk kuasa adikodrati, temasuk ke dalamnya kekuasaan Allah yang Nampak dalam karya penebusan Kristus dan janji kedatangan Kristus yang kedua kali. Dengan makud lain, menolak pandangan Alkitab tentang eskatologi. Sehingga akan melahirkan masyarakat yang materialistis dan individualistis serta keduniawian, karena segala sesuatu diukur dengan keberhasilan materi tanpa memperhatikan hal – hal yang rohani.

Dengan hal ini dapat menyebabkan iman orang Kristen menjadi sangat terpuruk dan bahkan banyak orang percaya yang tidak lagi mengakui Tuhan sebagai yang Mahakuasa namun Tuhan hanyalah suatu yang lebih besar dari manusia namun terpisah dari manusia dan sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan manusia sama sekali sehingga manusia bebas melakukan apa saja yang menjadi keinginnya sendiri.



[1] John Polkinghorne,.Secularism, Liberralism, Pluralism (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, 1984).

[2] Harold Ictor L.., Teologi dan Teknologi Modern (Malang: Gandum Mas, 2006), halaman 353.

[3]Harvei M. Onn, Teologia Kontemporer (Malang: Sastra SAAT, 2008) halaman 77.

[4] Maric larie Barth, Teologi kemerdekaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), halaman 196.

Post a Comment

0 Comments